Pada kurikulum merdeka, telah ada asesmen diagnostik non kognitif. Di sini, peran pendidik makin terarah untuk mengenal anak didiknya lebih mendalam.
Dengan demikian, seperti seorang gembala, ketika setiap keunikan anak didik telah diketahui, maka makin mudah bagi pendidik untuk mengarahkan anak didiknya. Mudah pula untuk merancang pemenuhan kebutuhan belajar mereka.Â
Lalu ada pembelajaran berdiferensiasi. Pendidik sejati akan berupaya memahami kemampuan anak didiknya. Ketika anak didiknya berkebutuhan khusus, maka ia akan berupaya melakukan layanan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak didiknya. Pun demikian dalam ujian. Ia akan melakukan layanan khusus bagi anak didiknya yang berkebutuhan khusus.Â
Sehingga, secara bertahap, peserta didik akan bertindak seperti domba-domba di padang gembalaan. Ketika mengetahui gembalanya datang, mereka akan berkumpul riang gembira.
Peserta didik yang bahagia terhadap pendidiknya, akan senantiasa merindukan kehadiran pendidiknya di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik layaknya sebuah keluarga di dalam kelas. Tak ada segan atau takut. Yang ada adalah belajar bersama dan saling menghargai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H