Saat ini sedang musim hujan. Maka tingkat kehati-hatian pengendara pun wajib diperhatikan. Jalan raya akan licin oleh tanah berlumpur. Setiap hari kerja, ada petugas proyek yang akan mengarahkan lalu lintas. Tetapi kondisi sebaliknya akan terjadi mulai sore hingga pagi hari. Tak ada petugas yang memandu lalu lintas.Â
Jika proyek pelebaran jalan dan pembenahan lokasi sekitar pintu gerbang Tana Toraja ini selesai, maka sudah bisa dipastikan bahwa para wisatawan akan kembali meramaikan spot wisata pertama di Toraja.Â
Dari sisi ekonomi, tentu akan membawa berkah bagi penduduk lokal, baik yang ada di wilayah Tana Toraja maupun yang ada di Enrekang. Saat ini, hanya ada dua kios kecil penjual ole-ole khas Toraja. Satu kios ada di gedung besar milik Dinas Pariwisata Tana Toraja dan kios satunya milik warga lokal Enrekang yang ada di ujung jembatan. Sayangnya, kerena pengelolaan yang belum memadai, kios-kios ini sepi pengunjung, padahal potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik.
Pembangunan di sekitar pintu gerbang Tana Toraja ini akan sekaligus menjadi tantangan bagi warga lokal Salubarani dalam mengembangkan usaha pariwisata. Jika mereka mampu menyambut potensi ini, bukan tak mungkin akan menambah nilai ekonomi warga sekitar.
Seiring dengan pembangunan ini, ada isu bahwa pintu gerbang tua yang dibangun pada masa pemerintahan bupati A.J.K Andilolo akan dirubuhkan. Namun, warga lokal Salubarani yang tahu persis sejarah masa lalu gerbang tersebut secara umum menolak.
Saya selaku warga lokal Salubarani juga menolak jika dirubuhkan. Pintu gerbang ini sangat kokoh dan tak mengganggu mobilitas pengendara nantinya. Sebaiknya pintu gerbang direnovasi seperlunya dan jika perlu miniatur rumah tongkonan yang dulu ada di atas pintu gerbang dibangun kembali.Â
Pintu gerbang ini adalah obat rindu perantau Toraja. Pintu gerbang Tana Toraja yang ada di Salubarani ini adalah simbol legendaris untuk perantau Toraja. Dulunya, hanya satu pintu gerbang. Kemudian pada awal tahun 1990-an dibangun pintu gerbang kedua. Pembangunan pintu gerbang baru ini satu paket dengan pembangunan jembatan penghubung Toraja-Enrekang.
Saat itu, jembatan lawas yang dibangun pemerintah Belanda sudah lapuk termakan usia. Setelah jembatan baru dan gerbang baru selesai, jembatan tua dan pintu gerbangnya ditutup sebagai akses jalan. Selama kurang lebih 20 tahun, pintu gerbang tua dijadikan sebagai lahan parkir warga setempat.
Pintu gerbang tertua dibangun sekitar tahun 1979-an. Bahan baku utama dari beton. Corak warna-warni ukiran khas Toraja, hitam, putih, merah dan kuning menghiasi seluruh pintu gerbang. Di bagian atas pintu gerbang dibuat rumah adat tongkonan.Â
Pintu gerbang inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Masa kecil saya pun banyak dihabiskan di pintu gerbang ini. Sepulang sekolah waktu SD, kami sering bermain di atas pintu gerbang dan sesekali tidur di tongkonan.Â