Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Catatan Kritis terhadap Terjadinya Banjir di Kota Makale, Tana Toraja

26 Februari 2024   08:35 Diperbarui: 27 Februari 2024   11:40 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air sungai memotong ke jalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota Makale.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Rembesan air justru memicu terjadinya pergeseran tanah. Kondisi inilah yang secara tidak langsung pula mempengaruhi tingginya debit air yang mengalir ke arah utara menuju kota Makale. 

Selanjutnya, pertumbuhan pemukiman di sepanjang jalan trans Sulawesi dari KM9 menuju kota Makale juga masif. Khususnya di KM7 anak sungai yang menuju kota Makale juga mulai menyempit. 

Sejumlah rumah warga menggunakan bantaran sungai sebagai lokasi bangunan. Hanya tersisa lebar satu-dua meter. Pohon berkurang, sampah menumpuk, lebar sungai menyempit dan masifnya pemanfaatan bantaran sungai sebagai tempat membangun hunian membawa dampak buruk tambahan untuk banjir di kota Makale.

Kondisi longsor di Gasing, Mengkendek. Sumber: Dokumentasi Sri Melianti Pasondong
Kondisi longsor di Gasing, Mengkendek. Sumber: Dokumentasi Sri Melianti Pasondong

Bersamaan dengan banjir, terjadi pula tanah longsor di kampung Lebane', Lembang Gasing, Kecamatan Mengkendek tadi malam. Bencana ini boleh dikatakan satu rantai dari hulu ke hilir.

Perlu ada ketegasan dari pemda terkait normalisasi aliran sungai ke depan. Selain itu, kesadaran pengelola pendidikan, warga, dan pelaku usaha di wilayah Mengkendek perlu disinergikan demi kenyamanan bersama. 

Alam butuh penghijauan di sela-sela masifnya pembangunan. Air butuh aliran yang menjadi haknya. Dengan demikian akan tercipta harmonisasi alam dan warga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun