Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Catatan Kritis terhadap Terjadinya Banjir di Kota Makale, Tana Toraja

26 Februari 2024   08:35 Diperbarui: 27 Februari 2024   11:40 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air sungai memotong ke jalan di salah satu pusat perbelanjaan di kota Makale.(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kebijakan ini pernah diterapkan oleh Bupati Toraja Utara, Kala'tiku Paembonan pada tahun 2014-2015 yang membuatnya kalah dalam pemilihan bupati. Akan tetapi, sejak bangunan di sepanjang bantaran Sungai Sa'dan di wilayah Toraja Utara ditertibkan, sudah tidak ada lagi laporan terjadinya banjir di kota Rantepao. 

Kedua, perhatian warga akan kelestarian lingkungan juga buruk. 

Masih banyak warga yang selalu membuang sampah ke sungai. Semua rumah, baik rumah warga maupun bisnis rumah kos-kosan yang ada di sepanjang bantaran sungai, penghuninya membuang sampah ke sungai. Kondisi ini menambah parah keadaan sungai Surame yang melewati pasar Makale dan mengalir ke arah terminal Makale. 

Tumpukan sampah sudah banyak terlihat mulai dari ujung dusun Kampung Pisang hingga ke Jalan Sitarda Baru menuju Sungai Sa'dan. Biasanya, ketika musim hujan, warga makin rajin membuang sampah ke sungai, bahkan dari parit-parit. Tujuannya mungkin agar sampah cepat bersih dari pandangan. 

Ketiga, terdapat kondisi yang mulai memprihatinkan di wilayah kecamatan Mengkendek, secara khusus di jalan trans Sulawesi yang berada di sekitar kampus IAKN Toraja dan Pesantren Pembangunan Muhammadiyah Mengkendek. 

Kelalaian pertama adalah tertutupnya aliran anak sungai yang ada di depan kampus Pascasarjana IAKN. Sebenarnya ada aliran air yang disisakan pihak kampus, tetapi oleh warga yang membangun pemukiman, justru membuat kamar pada sisa aliran sungai. 

Akibatnya, ketika terjadi hujan lebat, jalan di depan kampus IAKN langsung terendam air karena tak adanya jalur sirkulasi air. Menurut saya, baik pihak kampus maupun warga yang menjalankan bisnis sama-sama melakukan kelalaian. 

Ketika terjadi banjir di kota Makale semalam, terjadi juga antrean panjang kendaraan di depan kampus IAKN karena luapan air dari sawah yang ada disamping kampus memilih memotong lantai satu pertokoan dan halaman kampus memasuki jalan raya. Akibatnya, perjalanan bus menuju Makassar terganggu. Demikian pula arah sebaliknya. 

Tambahan pula, bisnis rumah kontrakan dan kos-kosan mahasiswa tumbuh seperti jamur di musim hujan di kawasan sekitar kompleks IAKN ini. Hal ini berimbas pada laris manisnya tanah-tanah di sekitar kampus dibeli oleh mereka yang membuka bisnis kontarakan. 

Hutan pinus yang selama ini menghijau habis diganti dengan rumah kontrakan. Tanah kuning bercampur kilau atap rumah menjadi pemandangan. 

Tanda-tanda peringatan alam sudah nampak dengan mulai terjadinya longsor di sekitar jalan trans Sulawesi, kampus IAKN dan Pesantren Pembangunan Muhammadiyah. Pohon sudah berkurang ditambah buruknya drainase rumah kontrakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun