Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan ke Simbuang yang Selalu Mengesankan

8 Februari 2024   15:36 Diperbarui: 10 Februari 2024   05:24 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas camp pekerja proyek jalan ke Simbuang yang ditinggalkan pekerja. Sumber: dok. pribadi

Meninggalkan kampung Sa'dan berjalan dengan lancar, tetapi dibumbui kubangan berlumpur. Kubangan ini makin lebar karena sempat dilalui oleh puluhan kendaraan jenis 4x4 yang mengangkut Bupati Tana Toraja dan rombongannya yang melakukan Musrenbang di Simbuang dan Mappak. Saya kembali berpikir, apa iya mobil Innova tadi bisa melewati tanjakan berbatu dan kubangan lumpur yang dalam. 

Tanjakan curam mendaki kampung Pelarian juga masih mirip dengan kondisi sebelumnya. Bebatuan makin berhamburan di jalan. Hujan rintik-rintik membuat jalan mulai basah. Saya mencoba menghindari jalan tanah. Ban trail memang tiada duanya melewati rintangan di Petarian. Dua tanjakan maut penuh bebatuan dan menikung berhasil saya lewati dengan mulus. Saya sempat was-was karena kaki saya tak bisa berpijak ke tanah ketika motor terhenti di tanjakan karena mencari akses yang mudah dilewati. 

Benar-benar menguji adrenalin. Jalur Petarian telah memberi saya kesan mendalam dalam hal mengendarai motor gede x-trail. Saya bisa mengatur ritme, kecepatan dan terutama keseimbangan. 

Hari mulai gelap ketika saya masuk kampung Makkodo. Terdapat dua pengendara motor saya temui di jalan. Lampu LED dari headlamp motor sangat terang menerangi tanjakan rabat beton di Makkodo. 

Hujan mulai deras ketika saya tiba di puncak tanjakan Makkodo. Saya berhenti sejenak untuk menambah mantel hujan agar tas ranselnyang saya bawa tidak basah. Seorang  warga yang lewat mengendarai motor tiba-tiba berbicara pada saya sedikit berteriak dan bercanda dalam bahasa Toraja. 

"Tang kasalle ra tu uran."

Kira-kira artinya, hujan tidak akan lebat. Kami berkenalan dan beliau menyampaikan informasi tempat tinggal dan asal perjalanannya. 

Perjalanan saya lanjutkan dalam kegelapan. Saya tiba di pasar Lekke', Kelurahan Sima pada pukul 7.40 malam. Saya melihat speedometer untuk melihat jarak terkini dari Makale ke Simbuang. Angka 67 tertera sebagai jarak terkini. Artinya, dari pusat kota Kabupaten pusat kecamatan Simbuang berjarak 67 km. Jarak ini bisa ditempuh satu setengah hingga dua jam andaikata jalan bagus dan beraspal.

Terhitung sekitar 4 jam lebih saya telah mengendarai motor menembus Simbuang. Lebih cepat satu setengah jam dari perjalanan saya sebelumnya. Mungkin efek dari perubahan rute dan motor yang saya gunakan. 

Sedikit ramai pada beberapa emper rumah warga di sekitar Sima. Mungkin karena tahun politik, ada kampanye kecil-kecilan. Beberapa kali pula saya berpapasan dengan warga yang jalan kaki di tengah kegelapan. 

Saya pun mengukur jarak dari Lekke' ke Puangbembe Mesakada. Jalan mulai banyak genangan air dan kubangan lumpur. Makin menambah dorongan adrenalin bagi saya bermain lumpur dalam suasana malam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun