Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Strategi Pengelolaan Objek Wisata Alam

1 Februari 2024   15:02 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:02 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan objek wisata dengan tema alam semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan membuka objek wisata alam lebih dominan bertumbuh di daerah. Keindahan alam, topografi daerah menjadi kekuatan terbukanya objek wisata alam. 

Salah satu daerah yang terkenal dengan wisata alamnya di Indonesia adalah Toraja. Seiring perkembangan global, wisata alam tidak hanya menawarkan keindahan alam semata. Hal ini merujuk pada kebutuhan penikmat wisata alam yang didominasi oleh generasi milenial. 

Model kunjungan wisatawan milenial tidak sekedar melakukan selfie dan foto-foto di lokasi wisata. Mereka lebih condong ke travelling dan camping. Intinya, wisata bukanlah kegiatan santai dan bersenang-senang. Para milenial pun beranjak dari wisata bersih pakaian menjadi wisata menguji adrenalin. 

Di sisi lain, objek wisata dengan tema alam memang sudah tumbuh subur di daerah. Bahkan ada spot wisata yang mengandalkan lokasi tanpa pemukiman ini berdekatan satu sama lain. Hanya berjarak beberapa ratus meter dan paling jauh 5 kilometer. Tawaran pemandangan yang disuguhkan pun mirip, misalnya mengandalkan kawasan hutan pinus yang rindang dan sejuk. 

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu,  animo pengunjung ke objek wisata semakin berkurang. Alasan bosan menjadi pemicu utama. Kemudian, kondisi lokasi juga semakin kelihatan tua, tanaman mulai banyak yang mati, aula/ruang pertemuan, gazebo dan pondok yang tersedia di lokasi mulai rapuh. Masalah berikutnya adalah sanitasi berupa ketersediaan toilet yang memadai dengan air yang mencukupi. Selanjutnya, sampah yang tidak terurus, bertebaran di mana-mana. Maka, berkuranglah pengunjung objek wisata. 

Kondisi inilah yang membuat pengelola objek wisata Hutan Pinus Kambuno yang berlokasi kampung Kambuno, Lembang (Desa) Pa'tengko, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja membuat strategi baru untuk menggaet pengunjung dari kalangan milenial. 

Pemasangan lampu hias di lokasi objek wisata. Sumber: dok. pribadi
Pemasangan lampu hias di lokasi objek wisata. Sumber: dok. pribadi

Objek Wisata Hutan Pinus Kambuno ini berada pada lokasi yang sangat berdekatan dengan Objek Wisata Hutan Pinus Buntudatu dan keindahan hutan pinus sama-sama menjadi andalan untuk wisatawan selama ini. Tempat pertemuan yang digagas oleh Bumdes kedua lokasi juga sama-sama sudah rapuh. Sehingga pengelola Objek Wisata Hutan Pinus Kambuno membuat gebrakan baru. 

Sumber: dok. pribadi. 
Sumber: dok. pribadi. 

Demi menjawab kebutuhan pengunjung milenial yang menyukai kunjungan wisata menguji adrenalin, maka pengelola dari Bumdes Lembang Pa'tengko kini menyediakan kendaraan All Terrain Vehicle (ATV). Sepeda motor beroda empat ini sukses menjadi pemantik pengunjung ke lokasi. 

Sekitar 12 ATV dengan mesin baru produksi VIAR terparkir dan siap melayani pengunjung setiap hari. Terdapat dua rute yang disiapkan pengelola dengan tarif berbeda. Untuk rute pendek sejauh 3 km pergi pulang, dibanderol dengan tarif Rp. 100.000. Sementara untuk rute panjang, sejauh 6 km, dipatok tarif Rp. 200.000.

Berdasarkan pantauan saya ketika mengunjungi objek wisata ini selama dua hari berturut-turut, pengunjung dari usia rata-rata milenial tetap ada setiap hari. Spot paling ramai Pengunjung adalah jalur ATV. 

Kolam renang yang sementara dibangun di lokasi objek wisata. Sumber: dok. pribadi. 
Kolam renang yang sementara dibangun di lokasi objek wisata. Sumber: dok. pribadi. 

Untuk mendukung sisi sustainable objek wisata, pihak Bumdes Lembang Pa'tengko juga membangun kompleks kolam renang. Lokasinya ada di puncak bukit Objek Wisata Hutan Pinus Kambuno. Kolam renang ini bertujuan untuk menjawab animo warga Toraja yang biasa mengunjungi objek wisata yang memiliki kolam renang sebagai tujuan utamanya. 

Terdapat dua kolam renang yang dibangun dengan biaya Rp. 400.000.000. Saat ini masih dalam tahap penyelesaian. Pemandangan dari lokasi kolam renang nantinya cukup indah dengan hamparan hutan pinus, lahan pemukiman dan perkebunan warga setempat. 

Untuk menunjang sisi kebersihan dan keasrian lokasi, pemerintah Lembang Pa'tengko menjadwalkan hari pembersihan massal di lokasi objek wisata dua kali sebulan.

Sementara di sekitar lokasi objek, sudah disediakan tempat-tempat sampah. Terdapat juga plakat-plakat kayu dengan tulisan ajakan untuk merawat lingkungan. 

Pendekatan peduli lingkungan sangat dikedepankan oleh pengelola. Tidak ada penggunaan herbisida untuk memastikan rumput. Ada alasan dasar yang menarik, yakni penggunaan herbisida akan membuat tanah keropos dan membuat pohon pinus mudah tumbang. Selain itu, tanah mudah becek di kala musim hujan dan kontur tanah yang dominan tanah Merah dan berbukit mudah longsor. 

Oleh karena Objek Wisata Hutan Pinus Kambuno juga selama ini menjadi primadona kegiatan berkelompok, seperti ibadah, study tour, rapat organisasi, dll, maka pengelola juga telah membangun aula baru. Ukurannya lebih luas dari aula terdahulu. Aula lama hanya mampu menampung sekitar 60 kursi. Untuk aula terkini mampu menampung 200 kursi. 

Ada pula pembaruan dan penambahan pondok-pondok mungil menyerupai gazebo. Jika, malam hari, lokasi di sekitar objek wisata makin semarak dengan telah dipasangnya ratusan balon lampu listrik. Jika berfoto atau berswafoto di malam hari, akan sangat instagrammable sekali. 

Di tengah kompleks utama objek wisata, ada panggung terbuka dengan bangku-bangku dari kulit pohon pinus. Nilai estetika, natural dan kembali ke alam adalah konsep yang ditanamkan oleh pengelola. 

Sanitasi berupa ketersediaan toilet yang bersih juga telah disediakan pengelola. Air mengalir sepanjang hari ke tiga lokasi toilet yang tersedia dalam lokasi wisata.

Terakhir, warga yang tinggal di lokasi mengelola tempat wisata sangat ramah. Mereka dengan senang hati membantu jika dibutuhkan. Termasuk membantu menyediakan fasilitas untuk ruang pertemuan dan kegiatan outdoor.

Nah, tantangan bagi pengunjung milenial adalah bagaimana mengelola sampah yang dihasilkan agar tidak merusak lingkungan. Sampah botol, plastik dan tissu basah sangat susah terurai oleh tanah. Hutan pinus yang sejuk dan lestari adalah kekayaan objek wisata in dan wajib dijaga kelestariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun