Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjaga Nostalgia Masa Kecil Lewat Koleksi Kaset

29 Januari 2024   22:13 Diperbarui: 29 Januari 2024   22:15 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga saya menyelesaikan pendidikan S1 Bahasa Inggris di tahun 2007, saya masih sering mencari kaset lagu-lagu di toko-toko musik dan elektronik di pasar Makale di Toraja dan Pasar Sudu di Enrekang. Tahun 2002 hingga 2007 adalah masa kejayaan beredarnya Compact Disc di pasar tradisonal sebagai pengganti kaset pita. 

Keistimewaan mengoleksi kaset adalah adanya lirik lagu pada sampul kaset. Tanpa harus ada layar, kit bisa karaokean dengan membaca lirik. Kemudian, jika pita kaset tergulung atau mengalami kemacetan, pita masih bisa diperbaiki. 

Paling hanya ada perubahan suara yang agak menghilang sedikit jika pita terlipat atau tergulung. Suatu waktu pita kaset putus, gampang disambung kembali. Saya biasa menggunakan getah buah labu siam untuk menyambung pita kaset yang putus. 

Saya sangat menjaga kaset-kaset yang saya miliki. Bahkan ketika sudah rusak dan putus pitanya berulang-ulang, saya masih menyimpannya. Apalagi masih ada tempat kaset dan sampulnya. 

Kadang saya mencatat harga dari tiap kaset dan menghitung besar biaya yang saya habiskan untuk membeli kaset ketika duduk di bangku SMP hingga kuliah. Ternyata nilainya jutaan juga. 

Radio tape recorder. Sumber: dok. pribadi
Radio tape recorder. Sumber: dok. pribadi

Radio kaset adalah hal yang wajib ada ketika mengoleksi kaset. Saya membeli Radio sebanyak dua kali sepanjang hidup saya. Sekali membeli Radio kaset mini nan murah bajakan merek Sonia tahun 1997. 

Kalau merek Sony, JVC, Toshiba dan Kenwood tak sanggup saya membelinya. Harganya jutaan rupiah dan hanya ada di toko-toko elektronik besar. Hanya sekali seminggu datang dipajang dan didagangkan oleh penjualnya di pasar tradisional. 

Radio yang saya beli hanya bisa putar kaset saja. AM dan FM hanya variasi. Barulah ketika duduk di bangku kelas 2 SMA, tahun 2002, saya menyempatkan diri membeli sebuah radio tape recorder merek Polytron, asli. 

Sudah ada tambahan dua mic untuk karaoke. Harganya pada tahun itu Rp 1000.000. Tergolong cukup mahal. Saya bisa membeli Radio tersebut dengan hasil menjual satu pohon buah cengkeh kering. Sekitar 30 kg cengkeh kering yang bernilai satu buah Radio. 

Sumber tenaganya 8 buah baterai dan bisa juga lewat aliran listrik. Karena di rumah belum ada aliran listrik, maka baterai adalah satu-satunya sumber. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun