Di sela-sela istrahat mengajar, saya manfaatkan bekerja di kebun. Hasil kebun menjadi sumber biaya kebutuhan sehari-hari, sementara gaji sedikit demi sedikit saya sisihkan untuk ditabung.
Lalu, ketika konsep pendidikan di sekolah mulai merambah media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi serta digitalisasi, saya pun membeli sebuah laptop. Saat itu motor sudah lunas. Laptop saya beli untuk menunjang pekerjaan dan tugas pokok saya sebagai guru. Sumber biaya untuk pembelian laptop tidak saya bebankan ke gaji. Biaya pembelian berasal dari hasil kebun yang saya kumpulkan selama musim panen cengkeh. Harga cengkeh di tahun 2010 sekitar Rp. 50.000.
Berbicara makanan ketika telah menajdi PNS, makanan pokok saya masih serupa ketika masih guru honorer. Ada nasi yang sering dicampur dengan irisan ubi kayu untuk menghemat beras. Bahasa di kampung saya bo'bo' doa' kaju. Sayurannya pun tak terlalu jauh dari rumah. Daun singkong, sayur pakis, daun labu, daun kacang dan jantung pisang muda.
Sementara kebutuhan bumbu dapur seperti daun bawang, cabe, tomat dan bawang kampung ada semua dalam pot yang saya budidayakan di sekitar pekarangan rumah. Mau makan daging ayam dan telur ayam, tak perlu membeli, tersedia di rumah. Hanya sesekali membeli ikan bolu dan ikan laut ketika gajian.Â
Hingga kini, kebiasaan menanam kebutuhan bumbu dapur masih saya lanjutkan meskipun saya sudah berdomisili di kota kabupaten karena mutasi tugas. Sejumlah pot dari bekas karung beras menjadi wadah menaman cabe, daun bawang, daun mayana, kangkung, dll.Â
Mungkin ada pertanyaan, kemanakah gaji, tunjangan profesi guru (TPG) dan tambahan penghasilan pegawai (TPP)?
Sejak saya berumah tangga dan telah memiliki dua orang anak, saya dan istri memprogramkan membeli sebuah mobil bekas untuk menunjgan mobilitas saya yang hampir setiap hari membawa anak ke sekolah. Bagi kami, mobil menjadi keharusan karena motor sudah tidak muat untuk kami berempat. Hasil dari tabungan TPG dan sedikit gaji inilah yang menjadi sumber biaya.
Media sosial banyak menawarkan produk-produk yang menggiurkan. Tetapi kami terbiasa hanya membeli produk yang benar-benar kami butuhkan. Misalnya, pakaian dan sepatu anak-anak. Masih lebih murah jika membeli di pasar tradisional dibandingkan dengan membeli di mall atau online.Â
Lanjut kuliah juga menjadi salah satu kebutuhan yang harus saya jalani. Puji Tuhan, penghasilan dari beberapa tugas lain selain menjadi guru bisa menjadi sumber biaya kuliah saya di pascasarjana selama 4 semester. Gaji hampir tak tersentuh hingga tamat kuliah.
Setelahnya, kami memprogramkan membangun rumah sederhana di kampung. Sudah dua tahun proses pembangunan secara bertahap. Saat ini dalam tahap penyelesaian. Tiga sumber penghasilan sebagai guru PNS saya difokuskan untuk pembangunan rumah.Â
Saya juga tertarik untuk menyiapkan aset untuk masa depan. Jika rekan-rekan saya di sekolah tertarik untuk membeli emas, memelihara kerbau, saya justru mengarahkannya ke tanah dan kebun. Dan di tengah penghasilan sebagai guru PNS yang terukur dan terbatas, saya bisa menyisihkan untuk membeli dua lahan kebun cengkeh di kampung. Bukan hanya cengkeh di dalamnya, terdapat pula beberapa pohon manggis. Kedua jenis tanaman ini sudah mulai berbuah.