Satu momen paling istimewa yang saya rasakan sebagai kepala rumah tangga dalam merawat cinta di dalam lingkungan keluarga adalah adanya sesi makan malam bersama istri dan anak-anak. Ada keterbukaan bercerita pengalaman selama satu hari dari anak-anak ketika sambil makan. Tak terasa makanan sederhana, nasi, cabe tumbuk, daun singkong tumbuk dan ikan goreng habis selama sesi cerita dengan anak dan istri. Kehangatan cinta dalam keluarga pun terjaga. Makin ramai ketika anak yang masih usia di bawah sepuluh tahun memberi diri untuk mencuci piring.Â
Capek tak pernah menjadi alasan untuk tidak mengekspresikan cinta, baik kepada pasangan dan terutama anak-anak. Suatu saat saya tidak bertemu anak sehari penuh karena ada kegiatan, lalu ketika saya tiba di rumah, anak-anak berlari dan menyambut saya di pintu. Yang paling kecil memanggil "papa pulang, papa pulang" sambil memeluk saya. Capek dan penat di badan langsung luntur. Serasa kena booster badan saya. Maka laruah kami dalam cerita singkat penuh makna.Â
Berkeluarga tentunya terkait langsung dengan kehidupan sosial masyarakat. Aktif bersama dalam kegiatan keluarga sangat penting.Di Toraja, aktif dalam kegiatan keluarga seelri acara perkawinan, syukuran, dan kedukaan menjadi salah satu penjaga keharmonisan rumah tangga. Keluarga kedua belah pihak perlu mendapatkan porsi yang seimbang. Bagi orang Toraja, kehadiran dalam acara keluarga adalah tanda keharmonisan.Â
Pantang bagi orang Toraja untuk berat sebelah (ma'barira sangsese) dalam kegiatan keluarga. Istilah ma'barira sangsese sudah ditekankan dalam acara lamaran demi menjaga cinta dan keharmonisan keluarga secara universal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H