Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jose Mourinho: Dulu The Special One, Kini The Lost One

17 Januari 2024   16:52 Diperbarui: 18 Januari 2024   13:49 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kalangan dunia sepakbola, semua orang pasti mengenal Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal yang masuk daftar sejarah pelatih sepakbola tersukses yang pernah ada. Selama melatih klub dengan nama besar, ia selalu mendapatkan gelar prestisius. Pengecualian ketika ia menjadi manajer Tottenham Hotspurs. 

Rentang perjalanan karir pelatih berjuluk The Special One seperti roller coaster. Sukses di Porto; berlabuh ke Chelsea, cemerlang dan dipecat Chelsea; lalu dipinang Inter Milan. Sukses besar di La Beneamata, pamit baik-baik dan hijrah ke Real Madrid. Meraih gelar, tahun kelabu dan diberhentikan Los Blancos, lalu berlabuh kembali ke Chelsea.

Sukses kembali bersama Chelsea dan dipecat. Karir manis bersama Manchester United dan dipecat lagi.  Mencoba menggapai mimpi di Tottenham Hotspurs, sayang nirgelar, dan dipecat. Merajut asa bersama AS Roma, sukses dapat gelar dan berakhir kembali dengan pemecatan. Inilah beberapa titik klimaks karir kepelatihan Jose Mourinho yang menjadikan julukan The Special One bereinkarnasi ke The Lost One. 

Jose Mourinho mulai mengukir prestasinya sebagai pelatih besar ketika menangani Porto pada tahun 2002/2004. Kesuksesannya bersama klub di tanah kelahirannya tersebut adalah meraih treble winners pada musim 2002/2003, yakni juara Liga Portugal, Piala Portugal, dan Piala UEFA. Di musim 2003/2004, ia kembali meraih juara liga dan memberikan title juara Liga Champions Eropa. Tak ada yang menyangka bahwa di tahun 2004 adalah dimulainya era keemasan pelatih yang sering membuat kontroversi lewat kata-katanya. 

Sukses meraih 6 trofi bersama Porto membuat pemilik Chelsea, Roman Abramovich meminangnya untuk menjadi manajer klub yang bermarkas di Stamford Bridge. Tahun pertama di periode pertamanya di Chelsea, Mourinho mulai memicu kontroversi lewat pernyataannya yang mengatakan bahwa ia adalah satu-satunya sosok yang istimewa. Pers Inggris pun mulai menyematkan julukan The Special One untuk Mourinho. 

Sebutan itu makin mendunia kala Mourinho berhasil mengantar Chelsea meraih gelar juara Liga Primer Inggris  pada musim 2004/2005, dimana titel juara tersebut telah dinantikan publik Stamford Bridge selama 50 tahun. Keistimewaan julukan The Special One itu wajar karena ia langsung mengantar Chelsea mendominasi Liga Primer Inggris. Julukan itu berdampak besar di mana Muorinho membuktikannya lagi dengan gelar juara liga di musim 2005/2006. The Special One juga mempersembahkan title juara Piala Liga (2004/2005 dan 2006/2007), Community Shield (2005) dan Piala FA (2006/2007). Total 6 titel juara diraihnya pada periode pertama bersama Chelsea. 

Perangai keras dan sering memicu perselisihan dengan Roman Abramovich ditambah prestasi buruk Chelsea pada musim 2007/2008 membuat Abramovich memecat The Special One. 

Eks pelatih AS Roma, Jose Mourinho. Sumber Foto: Fabrizio Romano
Eks pelatih AS Roma, Jose Mourinho. Sumber Foto: Fabrizio Romano

Kehilangan jabatan di London tak membuat Mourinho sepi peminat. Tak berselang setahun, The Special One hijrah ke negeri Pizza, Serie A Liga Italia. Ia dipinang oleh Inter Milan menggantikan Roberto Mancini pada musim 2008/2009. Pada musim perdananya di Inter, ia langsung mengantar La Beneamata menjuarai Serie A dan Piala Super Italia. Mourinho meraih puncak kesuksesannya sebagai pelatih pada musim 2009/2010 ketika ia menorehkan treble winners, yakni juara Serie A Liga Italia, Coppa Italia dan Liga Champions Eropa. 

Bersama Inter, Mourinho mengalami masa manis sebagai manajer. Tak berselang lama setelah meraih treble winners, Mourinho berpisah dengan Inter untuk bergabung dengan raksasa Spanyol, Real Madrid. Perpisahan The Special One dengan La Beneamata adalah perpisahan terbaik Mourinho dalam karirnya sebagai manajer. Total 4 gelar juara dipersembahkan Mourinho untuk Inter. 

Namun, setelah menjalani masa kejayaan di Inter Milan, prestasi The Special One mulai menjalani era roller coaster.

Julukan The Special One masih membumi ketika Mourinho menjadi manajer Real Madrid selama tiga musim, yakni musim 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013. Ia mempersembahkan tiga trofi untul Los Blancos, yakni juara Copa del Rey (2010/2011), juara La Liga (2011/2012) dan Piala Super Spanyol (2012). Musim 2012/2013 adalah musim kelabu Mourinho di Real Madrid. Pertama kalinya Mourinho mengakhiri musim tanpa gelar. Oleh karena dasar itulah, presiden Madrid, Florentino Perez memutuskan mengakhiri tugas Mourinho sebagai manajer.

Dipecat Madrid, tak membuat Mourinho non job. Label pelatih tersukses Chelsea membuat Roman Abramovic kembali meminangnya untuk menjadi manajer Chelsea. Pada periode keduanya di Stamford Bridge, ia sukses mempersembahkan dua gelar, yakni juara Liga Primer Inggris dan Piala Liga pada musim 2014/2015. 

Hasil buruk yang dialami Chelsea dan adanya perselisihan Mourinho di ruang ganti pada awal musim 2015/2016 membuat Roman Abramovich pada akhirnya kembali memecat The Special One. Ia pun kembali kehilangan jabatan sebagai pelatih. 

Jose Mourinho pada musim keduanya di Chelsea. Sumber foto: REUTERS/Dylan Martinez
Jose Mourinho pada musim keduanya di Chelsea. Sumber foto: REUTERS/Dylan Martinez

Usai didepak Chelsea, Mourinho bergabung dengan Manchester United pada musim 2016/2017 dan 2017/2018. Musim perdananya di Old Trafford terbilang sukses, ia meraih treble, yakni juara Europa League, Piala Liga dan Community Shield. Pada musim keduanya di MU, Mourinho mulai bermasalah di ruang ganti. Perselisihan yang membuat prestasi MU menurun drastis membuatnya dipecat.

Daya magis julukan The Special One berangsur-angsur mulai meredup. Meskipun Tottenham Hotpurs mempekerjakan Mourinho pada musim 2019/2020 dan 2020/2021, tak ada prestasi mentereng yang dicetaknya. Pencapaian tertinggi Mourinho di Spurs adalah mengantar klub London tersebut masuk final Piala Liga. Tragis, Mourinho dipecat sebelum laga final karena selalu berselisih dengan pemain. 

Karir yang mulai meredup di Inggris membuat Mourinho mempertimbangkan tawaran AS Roma dan hijrah kembali ke Serie A pada musim 2021/2022. Pada musim perdana sebagai manajer klub yang bermarkas di Olimpico tersebut, The Special One sukses meraih gelar UEFA Conference League. Selanjutnya di musim 2022/2023, Mourinho mengantar Roma ke final Liga Europa, tetapi kalah 1-4 lewat adu penalti melawan Sevilla. 

Menjalani musim 2023/2024, The Special One tak sanggup membawa Roma bersaing di papan atas bersama Inter, Juventus, dan Milan. Puncak kesabaran jajaran direksi AS Roma habis ketika Roma kalah 3-1 di kandang AC Milan pada pekan ke-20 Serie A Liga Italia. Kekalahan tersebut membuat Mourinho hanya meraih 1 kali menang, 1 kali imbang dan 3 kali kalah dalam 5 laga terakhir di liga. Posisi di klasemen pun makin menjauh dari zona Eropa dan bertengger di posisi ke-9. Pemecatan pun akhirnya kembali dialami The Special One. 

Selepas dipecat oleh AS Roma, sebagai penggantinya di tim Serigala ibu kota, pihak klub telah menunjuk eks kapten dan bintang Roma, Daniele de Rossi sebagai pelatih sementara.

Meskipun Jose Mourinho termasuk pelatih kontroversial, akan tetapi ia memiliki sejumlah catatan prestasi gemilang. Selain menjuarai liga dan kompetisi Eropa, Mou juga mencatatkan diri sebagai satu-satunya pelatih yang pernah memenangi tiga kejuaraan mayor di benua biru, Eropa. Ia menjuarai Liga Champions bersama FC Porto dan Inter Milan, menjadi kampium Europa League bersama Manchester United dan menjuarai UEFA Conference League saat menukangi AS Roma.

Jose Mourinho mencium trofi Liga Konferensi Eropa. Sumber foto: Sport Bible
Jose Mourinho mencium trofi Liga Konferensi Eropa. Sumber foto: Sport Bible
The Special One juga mencatatkan diri sebagai pelatih yang tak terkalahkan di kandang selama menjalani kompetisi liga domestik dalam kurun waktu 9 tahun, yakni pada rentang 2002-2011. Selama musim tersebut Mourinho menjadi manajer untuk Porto, Chelsea, Inter Milan dan Real Madrid.

Sepanjang karir kepelatihannya, Jose Mourinho telah mengoleksi lebih dari 40 penghargaan kategori pribadi. Salah satunya yang palin prestisius adalah penghargaan pelatih terbaik dunia, FIFA Ballon d'Or Best Coach pada tahun 2010. Selain itu, ia juga tercatat memiliki 8 rekor di dunia sepakbola dan 5 Guinness World Records. 

Belum ada kabar terkini ke mana The Special One akan berlabuh selanjutnya setelah berpisah dengan AS Roma. Namun, deretan capaian prestasi dan rekor bersama klub serta penghargaan pribadi yang telah diraihnya tentu tak akan membuat Jose Mourinho terlalu lama menganggur tanpa pekerjaan. 

Menjadi besar karena The Special One dan karena The Special One pula kini Mourinho menjadi The Lost One.

Arrivederci Jose Mourinho.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun