Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengurai Masa Keemasan Cengkeh yang Pernah Terpuruk dan Kini Mulai Bangkit Kembali

9 Januari 2024   16:58 Diperbarui: 10 Januari 2024   01:19 2038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cengkeh. (Dok Pixabay/Zichrini)

Ulat ini mulai menyerang cengkeh di Enrekang dan Toraja pada tahun 2010. Hanya saja saat itu masih dianggap biasa saja, apalagi saat itu musim kemarau juga cukup panjang, sehingga banyak buah cengkeh yang berguguran. Istilah to ma'peronno' (orang yang memungut cengkeh yang berjatuhan) sangat populer saat itu. Penghasilan warga yang ma'peronno' bahkan mencapai 5 kilogram cengkeh basah dalam sehari. 

Tahun 2012 hingga tahun 2015, jumlah pohon cengkeh produktif di Toraja menurun drastis. Sebagai besar ditebang karena mati oleh ulat penggerek batang. 

Beragam metode digunakan untuk mengatasi ulat penggerek. Ada yang menggunakan pestisida merek dragon dari Malaysia, ada yang menyemprotkan termiban atau menanam pestisida di dalam tanah dan diserap oleh akar. Namun, metode yang paling efektif saat itu adalah metode suntik batang. 

Setiap pagi, akan ada jejak baru dari ulat, maka racun segera disuntikkan. Ada pula yang langsung menggunakan parang memotong jalan dan membunuh ulatnya yang sebesar jari telunjuk.

Tidak ada yang tahu dari mana datangnya ulat penggerek batang ini. Awalnya ia berupa serangga kecil yang hinggap di daun, lalu mulai masuk ranting kecil. Makin lama, ulat akan bertambah besar sehingga ia makin menyerang batang. Pohon-pohon cengkeh banyak yang tiba-tiba tumbang atau layu karena penggerek telah memakan batang pohon cengkeh.

Warga mulai menanam cengkeh kembali sejak tahun ulat penggerek menyerang. Tetapi tanaman cengkeh muda pun ikut diserang. Sehingga berulang kali harus dilakukan tambal sulam tanaman cengkeh. 

Oleh karena banyaknya tanaman cengkeh yang mati, sejauh mata memandang, bukit dan kebun cengkeh terlihat gersang. Pohon-pohon cengkeh seperti rambut beruban dari kejauhan. 

Dalam lima tahun terakhir, tanaman cengkeh usia remaja sudah mulai kembali menghijaukan Tana Toraja bagian selatan. Masih banyak pula pohon cengkeh muda yang mati muda pula karena masih ada sisa ulat penggerek batang. 

Enam tahun yang lalu, saya juga memulai istilah reboisasi tanaman cengkeh. Usia lima tahun bagi cengkeh muda adalah usia dimulainya panen tanaman baru. Satu pohon rata-rata menghasilkan sekilo cengkeh kering. 

Memasuki bulan Januari 2024, jejak tanda mulai kembalinya keemasan cengkeh sudah ramai bermunculan, yakni berupa buah cengkeh yang dijemur. Memang belum banyak rumah warga yang menjemur cengkeh di pekarangan rumah atau pinggir jalan trans Sulawesi. 

Buah cengkeh yang dipanen pada umumnya adalah buah dari pohon hasil tanam terbaru pasca serangan hama penggerek batang. Selain itu juga bersumber dari pohon-pohon cengkeh tua yang masih bertahan setelah diremajakan atau dipangkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun