Setelah lebih sepuluh tahun tak memetik cengkeh, akhirnya kesempatan itu hadir kembali dalam hidup saya.Â
Berbekal pohon cengkeh yang ada di samping rumah di kampung telah menunjukkan masa siap petik dan tidak ada yang akan memetik, maka saya pun berkesempatan untuk memetik cengkeh.Â
Hari Minggu sore, sekitar pukul tiga, setelah hujan rintik-rintik berhenti, saya segera menyiapkan peralatan memetik cengkeh. Saya memilih satu dari empat tangga yang telah siap di halaman rumah.Â
Tangga yang terbuat dari bambu dengan jumlah mata anak tangga 30 menjadi pilihan saya. Tangga yang saya pilih pun terbuat dari bambu yang sudah agak tua. Sedikit agak berat tetapi akan memberikan rasa aman kepada saya nantinya.
Sebuah tali tambang sepanjang 40 meter saya pasangkan pada tangga. Tali ini saya lingkarkan pada anak tangga ke-24 dari tanah.Â
Posisi tali ini akan membuat tangga bisa berdiri kokoh nanti dan tidak akan goyang ketika ditimpa angin kencang. Satu tali tambahan ukuran 10 meter saya pasangkan di anak tangga ke-6 dari tanah.Â
Fungsi tali ini adalah menguatkan posisi tangga agar tidak lari ke belakang saat tali ukuran 40 meter ditarik dari kedua sisi. Keamanan tangga pemetik cengkeh ada pada tali yang populer kami sebut ulang garonto'Â (tali batang).
Setelah tangga siap, saya membuatkan tumpuan untuk tangga agar mudah bagi saya membuatnya berdiri. Letak pohon cengkeh yang ada di samping jalan tani dan medan yang agak rata sedikit membuat sulit untuk membuat tangga berdiri.Â
Tenaga saya juga sudah tidak sama ketika masih berusia 27 tahunan yang lalu. Tangga dengan tinggi sekitar 15 meter pun seolah sulit saya ajak untuk berdiri. Dua kali gagal berdiri, beruntung saya tidak tertimpa tangga. Pada usaha ketiga, baru bisa berhasil.Â