Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sensasi Memetik Cengkeh yang Menguji Adrenalin

8 Januari 2024   23:39 Diperbarui: 12 Januari 2024   11:45 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model tangga pemanjat cengkeh di Toraja. Sumber: dok. pribadi

Sekitar dua jam berayun-ayun di atas ketinggian, wadah penampungan dari karung terigu pun hampir penuh. Aroma khas cengkeh segar menusuk hidung saya dari tumpukan cengkeh dalam wadah. 

Jam menunjukkan sudah lewat pukul enam petang. Adzan maghrib pun sudah terdengar dari beberapa mesjid yang ada di wilayah kabupaten Enrekang. Suasana petang yang masih agak cerah untuk pandangan mata membuat saya masih bertahan untuk memetik cengkeh. Kebiasaan 10 tahun yang lalu ketika memetik cengkeh benar-benar sampai gelap terulang kembali. 

Ada rasa enggan untuk berhenti memetik ketika hari belum gelap. Seandainya bisa, pohon cengkeh dipasangi balon listrik agar masih bisa lanjut memetik di malam hari.

Hampir pukul tujuh malam, dalam suasana remang-remang, saya berhenti dari kegiatan memetik dengan hasil satu wadah penuh. Jika saya perkirakan, hasil bersihnya sekitar 4 kg cengkeh basah. 

Dengan demikian ada sekitar 2 kg cengkeh kering. Harga cengkeh kering untuk panen terbaru saat ini di pasar tradisional sekitar Toraja dan Enrekang adalah Rp 130.000 per kilogram. 

Lumayan, hasil petikan saya untuk Minggu sore. Cengkeh saya tinggalkan untuk ibu saya karena beliau yang tinggal di kampung. Saya kembali ke kota Makale dan berencana melanjutkan untuk datang memetik cengkeh kembali di hari Sabtu mendatang karena libur sekolah, 5 hari kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun