Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jejak Post Holiday Blues di Akhir Libur Nataru dan Tips Mengatasinya

3 Januari 2024   21:05 Diperbarui: 6 Januari 2024   10:42 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengikuti ibadah Natal di kampung adalah salah satu kegiatan dalam masa libur Natal dan Tahun Baru. Sumber: dok. pribadi. 

Masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) segera berakhir. Tinggal menghitung hari bagi saya dan anak untuk kembali ke lingkungan sekolah. Tanggal 8 Januari 2024 adalah hari pertama masuk sekolah untuk semester genap tahun ajaran 2023/2024. Saya akan kembali ke rutinitas sebagai guru untuk mengajar di jenjang SMA dan anak juga kembali ke aktifitas wajibnya di bangku sekolah dasar. Sementara, istri sudah lebih dulu masuk kantor kembali sejak tanggal 2 Januari 2024.

Libur selama kurang lebih tiga minggu secara tidak langsung memberikan waktu bersantai dengan keluarga, kerabat dan sanak famili. Selain itu, waktu liburan juga banyak diisi dengan kegiatan sosial, seperti Perayaan Natal, Ibadah Syukur dan kegiatan kedukaan. Khusus pribadi saya, tidak ada waktu berlibur karena aktifitas sosial. 

Namun, secara pribadi juga, libur kali ini banyak memberikan waktu luang untuk menikmati jam tidur. Jika selama hari kerja sebelum masuk libur Nataru kami sekeluarga rutin bangun pagi-pagi, selama libur kali ini kami beberapa kali terbiasa telat keluar kamar. Karena tidak adanya beban mengejar jam masuk kerja setiap pagi dan tidak diburu mengantar anak ke sekolah, kami seperti "bermalas-malasan" dan benar-benar menikmati jam tidur. Hampir setiap hari ada kegiatan kemasyarakatan di lampung, tetapi kami seperti diajak oleh suasana libur untuk menikmati liburan versi memperpanjang waktu tidur. 

Nah, memasuki minggu terakhir libur ini, sepertinya kebiasaan memperpanjang tidur setiap pagi ini meminta jatah untuk diperpanjang. Ketika jam 5 pagi sudah memberikan kode untuk segera bangun pagi, saya biasa melihat jam, "Ah, masih mau tidur, mumpung libur. "

Oleh karena tergoda nyamannya tidur, sampai-sampai ketika tim kesayangan saya, Juventus sukses mengalahkan AS Roma, tak mampu saya tonton dengan maksimal lewat tayangan live streaming. Rayuan bantal dan kasur ditambah dinginnya suasana pagi mampu mengalahkan rutinitas menonton tim kesayangan. 

Khusus pribadi saya, tubuh memang sepertinya enggan beranjak dari kasur setiap pagi. Nanti menjelang pukul 8 baru membuka gorden kamar. Kondisi yang sama ternyata menimpa anak saya. Beberapa kali ia berujar, "Pak, libur anak SD masih diperpanjang kan. Rasanya masih mau tidur. " Istri pun juga sama, ia masih beberapa bermalasan bangun pagi dalam dua hari terkahir, padahal sudah hampir pukul tujuh pagi dan jam masuk kantornya adalah pukul 8 pagi. 

Hmmm... Sepertinya kami sekeluarga telah terjangkit gejala post holiday blues. Tubuh pegal-pegal dan menuntut istirahat lebih panjang lagi. Pokoknya ingin menambah jam tidur. Sepertinya kasur selalu melambaikan tangannya untuk mengajak rebahan kembali. Tak adanya tuntutan kewajiban yang harus dituntaskan ikut mendorong adanya gejala post holiday blues ini. 

Harus saya akui bahwa liburan Nataru yang terlampau agak lama kali ini sangat mempengaruhi fisik saya. Bobot tubuh mengalami kenaikan yang boleh dikatakan signigfikan. Ukuran celana sudah masuk 36, padahal pada bulan November masih 34. Ada peningkatan  lemak oleh karena terlalu menikmati makan dan tidur. 

Seperti yang saya tuliskan di awal bahwa, libur Nataru ini agak panjang tetapi banyak diisi oleh kegiata  sosial dan kemasyarakatan. Dengan demikian volume makan juga ikut meningkat. Apalagi saya yang tinggal di wilayah Toraja, hampir setiap hari akan bertemu makanan dari olahan daging dan berlemak. Desember hingga awal Januari banyak diisi kegiatan Natal dan ibadah syukur keluarga. Sementara, di sisi lain aktifitas fisik agak berkurang. Minimnya keringat yang keluar justru mendorong lemak bertambah dan makin memanjakan post holiday blues. 

Dampak post holiday blues ini pun masih terasa ketika sedang mengendarai mobil. Rasa kantuk menyerang padahal baru jam 9 pagi. Kebiasaan telat bangun pagi selama libur Nataru ini sepertinya telah memanjakan tubuh untuk tidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun