Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rambu Solo, Wisata Budaya yang Tetap Peduli Lingkungan

20 Desember 2023   19:52 Diperbarui: 24 Desember 2023   01:10 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi acara budaya rambu solo' di Lembang Palesan, Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi

Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara di provinsi Sulawesi Selatan identik dengan wisata alam dan wisata budayanya. Wisata alam sudah tersedia di sepanjang perjalanan menyusuri Toraja, mulai dari perbatasan Enrekang di Tana Toraja hingga Kaleakan, perbatasan Palopo-Toraja Utara.

Khusus untuk kegiatan budaya, acara kedukaan yang populer dikenal dengan Rambu Solo' sudah menjadi wisata budaya secara turun-temurun. Bulan Desember seperti sekarang ini menjadi salah satu waktu terbaik warga Toraja untuk melakukan prosesi Rambu Solo'. Desember adalah waktu libur terpanjang bagi warga Toraja, sehingga mereka yang tinggal di perantauan bisa pulang kampung. Selain utuk merayakan Natal dan Tahun Baru, menuntaskan salah satu program keluarga, yakni upacara Rambu Solo'. 

Rambu Solo' erat kaitannya dengan kearifan lokal, bahkan tak bisa dipisahkan. Nilai kearifan lokal yang masih melekat kuat dalam kehidupan warga Toraja adalah melestarikan alam. Konsep melestarikan alam ini ditandai dalam aksi menghargai tanaman (lolo tananan). 

Dalam rangkaian prosesi Rambu Solo', ada salah satu kegiatan yang terkait langsung dengan kelangsungan hidup tanaman. Pada acara ma'lelleng kayu (menebang kayu) untuk pembuatan pondok, tidak semua bambu ditebang secara bebas. Warga hanya menebang kayu dengan ukuran yang dibutuhkan. 

Hal menarik di sini adalah warga Toraja masih merawat rumpun bambu. Di sekitar rumpun bambu tetap dibersihkan dari tanaman pengganggu lainnya. Ini bertujuan agar bambu-bambu berikutnya tumbuh lebih bagus dan lebih rimbun lagi. 

Lokasi pelaksanaan rambu solo' biasanya di sekitar rumah tongkonan. Jika tidak memiliki lokasi yang luas, maka biasanya acara ditempatkan di lapangan, kebun atau persawahan yang masih merupakan milik rumpun keluarga yang berduka. 

Jika menggunakan lokasi persawahan, maka dipastikan acara rambu solo' tidak mengganggu masa tanam dan masa panen padi. Setelah prosesi rampung, sawah yang kemungkinan rusak karena terinjak ribuan orang yang datang dan rusak karena efek adu kerbau, akan diperbaiki kembali seperti semula sehingga siap untuk ditanami kembali. 

Pelaksanaan prosesi membutuhkan waktu yang lama. Pembuatan pondok saja bisa berlangsung 3-6 bulan. Banyak kebutuhan untuk melengkapi pondok. Khusus untuk upacara rambu solo' yang dilaksanakan di kampung-kampung, bahan baku secara umum berasal dari alam. Selain bambu sebagai bahan baku utama, rumput ilalang dan daun nipah juga paling populer digunakan. Jadi, tidak mengherankan jika masih banyak dijumpai lereng-lereng perbukitan dengan rerumputan ilalang di berbagai tempat di Toraja. Jika tak ada ilalang, maka rumput-rumput liar dengan barang dan daun panjang juga dimanfaatkan. Khusus daun nipah, didatangkan dari daerah Palopo dan Luwu. 

Lakkian, tempat jenazah yang diupacarakan, atapnya terbuat dari ilalang. Sumber: dok. pribadi.
Lakkian, tempat jenazah yang diupacarakan, atapnya terbuat dari ilalang. Sumber: dok. pribadi.

Memasuki kecanggihan teknologi, sejumlah kegiatan kini mulai menggunakan atap seng. Pengadaan atap bukan oleh keluarga. Atap ini disiapkan oleh kelompok warga. Kelompok ini disebut pa'tondokan. 

Di lokasi rambu solo' sendiri, kepedulian akan sampah non organik juga tinggi. Pihak keluarga yang berduka selaku penyelenggara acara, bersama panitia, mereka menyiapkan tempat-tempat sampah di sekitar lokasi. Untuk mengontrol sampah, warga lokal, biasanya kelompok pemuda di kampung ditugaskan. 

Bagaimana jika ada pohon yang ditebang di sekitar lokasi rambu solo'? Setelah acara pemakaman, pihak keluarga akan menanami kembali dengan pohon kayu yang nantinya akan digunakan lagi di acara yang sama. Beberapa jenis kayu lokal yang ditanam adalah sejenis cemara yang kami sebut kaju buangin, kayu solo', kaju suren. 

Seringkali warga pendatang yang baru pertama kali berkunjung ke lokasi rambu solo' aan sedikit terganggu oleh sampah yang ditimbulkan efek dari sisa pemotongan babi dan kerbau. Termasuk sampah-sampah bekas pa'piong dari bambu dan sampah plastik lainnya. Terkait sisa pemotongan hewan, panitia dan keluarga biasanya telah menentukan pihak yang bertanggung jawab membersihkan lokasi. 

Keberlangsungan upacara rambu solo' tak bisa dipisahkan dengan alam sekitar. Kebutuhan upacara sebagian besar bersumber dari alam sekitar. Kebutuhan akan pohon palem, aren, bambu, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya inilah sebenarnya yang senantiasa mengajar warga lokal Toraja untuk tertib memelihara kelestarian alam. 

Terlepas dari mudahnya mendapatkan peralatan dan bahan baku untuk tenda, misalnya sudah tersedianya tenda besi yang bisa disewa, tetapi untuk pelaksanaan upacara sakral tenda besi hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun