Sesi makan siang akhirnya datang setelah matahari condong ke barat. Nah, ada satu menu spesial yang disajikan, yakni nasu cemba daging kerbau. Aroma wangi khas kuah nasu cemba begitu menggoda selera makan saya yang memang telah lapar. Sasaran pertama saya adalah nasu cemba. Meskipun bukan orang Enrekang yang memasaknya, akan tetapi kenikmatannya tetap ada. Kemudian ada sayur, piong ayam, sambal daging ayam dan beberapa menu lainnya.Â
Inilah manfaat dari tongkon bagi kami di Toraja. Tongkon bukan sekedar datang duduk membawa sesuatu, tapi lebih kepada menghubungkan persaudaraan dan kekeluargaan. Tak ada sekat antar agama di sini. Semua satu dalam hubungan kekeluargaan yang kental. Adat, budaya dan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Toraja sangat ditonjolkan. Hampir tak ada perbedaan mencolok antara ritual kedukaan dalam agama Kristen, Katolik, Islam dan Aluk Todolo. Pembedanya hanya pada tata cara ibadah dan makanan yang disajikan.Â
Satu lagi keunikan tongkon di Toraja adalah ketika kerabat akan pulang, biasanya diberi bungkusan berisi makanan, kue, daging mentah atau pa'piong. Nah, hari ini saya diberi satu pa'piong ayam oleh ibu Haliati, ditambah  satu bungkusan berisi kue kering dan lauk daging ayam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H