Makanan khas sebuah daerah tidak terlepas dari karakteristik kehidupan masyarakat setempat. Selain itu, makanan dipengaruhi oleh topografi wilayah, ternak peliharaan warga dan agama. Seperti halnya Kabupaten Enrekang yang memiliki makanan khas yang hanya ada di Bumi Massenrenpulu. Makanan tersebut adalah Nasu Cemba.
Ketika mendengar frase Nasu Cemba maka niat untuk makan seperti tidak terbendung lagi. Sudah terbayang segarnya menyeruput kuah nasu cemba yang masih hangat. Terlebih jika disiram dengan perasan air jeruk nipis dan setengah sendok cabe tumbuk.
Tambahan pula ada sepiring nasi hangat di samping semangkok nasu cemba. Pasangan serasi untuk segera disantap. Nasu cemba enak disantap kapan saja.
Entah pagi, siang, sore atau malam, nasu cemba memiliki rasa yang tetap sama. Ini adalah hidangan utama dan khas di hari raya Idul Adha. Selain itu banyak disajikan di acara-acara resmi warga Enrekang, seperti syukuran, sambut tamu hingga pernikahan.Â
Saat ini, Nasu Cemba bisa ditemui di berbagai pasar dan warung makan di Enrekang. Menu ini adalah menu andalan warung makan di sana. Menu dari olahan daging berkuah ini selalu menjadi sasaran pecinta kuliner, mengalahkan sop konro dan coto.
Dalam bahasa Massenrenpulu, nasu artinya masakan dan cemba adalah jenis tanaman lokal Enrekang. Nasu Cemba memiliki karakteristik utama yakni daun cemba. Jenis tanaman yang satu ini hanya ada di Kabupaten Enrekang.
Daun cemba tipis menyerupai daun kelor, namun agak lonjong memanjang dan lebih langsing. Daun cemba memberikan rasa gurih, asam dan manis pada masakan. Boleh dikata, peran utama daun cemba sama dengan peran batang serai atau daun sop pada masalah berkuah.
Bahan utama nasu cemba adalah daging sapi atau daging kambing. Kedua jenis daging ini paling populer di seluruh wilayah Enrekang. Karena kabupaten Enrekang boleh dikatakan 98% beragama Islam, maka sapi dan kambing juga adalah ternak utama yang banyak dikembangbiakkan warga di sana. Inilah alasannya sehingga hanya dua jenis daging inilah yang dominan sebagai bahan utama nasu cemba.
Jika berada di wilayah Toraja yang mana ternaknya didominasi oleh kerbau, maka akan ditemukan pula nasu cemba dengan bahan dasar daging kerbau.Â
Nasu cemba paling nikmat jika diolah dari daging segar. Daging dipotong sebesar kepalan jari bersama tulangnya. Jika di bagian dapur sebuah acara, misalnya perkawinan, warga lebih memburu untuk berkumpul di bagian dapur. Mengapa? Di sana banyak potongan-potongan tulang yang berbungkus daging segar dalam kuali-kuali besar yang dimasak bersama daun cemba.Â
Nasu Cemba pada umumnya dimasak seperti mengolah sup daging. Bumbu rahasia warga Massenrenpulu adalah daun cemba ditambah rempah-rempah rahasia lainnya. Daging direbus bersama rempah-rempah tersebut. Setelah daging sudah empuk, ditambahkan daun cemba.
Nasu Cemba kembali saya nikmati di SMAN 11 Enrekang sebagai sajian utama di sesi makan siang IHT Implementasi Kurikulum Merdeka hari kedua.
Istimewanya lagi, nasu cemba diolah dan dimasak langsung di sekolah. Ketika dihidangkan di atas meja, hasrat untuk segera menikmati segar dan gurihnya kuah nasu cemba yang masih mengepul asapnya sangat menggoda selera.Â
Ketika saya menulis artikel ini, di hadapan saya sedang tersaji nasu cemba dari daging kerbau. Kampung saya yang berada di perbatasan Enrekang-Tana Toraja sedang ada persiapan pesta perkawinan esok hari.
Meskipun yang mengadakan hajatan beragama Kristen, namun toleransi yang masih kuat terbangun di kampung memberikan kesempatan kepada saudara-saudara Muslim untuk mengolah sajian acara esok hari.
Maka nasu cemba pun tersaji kepada tamu yang datang malam ini dan saya salah satunya yang menikmati kuah dan daging original nasu cemba. Kali ini saya menikmati nasu cemba asli tanpa perasan jeruk nipis dan cabe tumbuk. Rasanya segar dan gurih. Sukses meneteskan keringat.Â
Oya, meskipun nasu cemba ini sangat nikmat, sangat disarankan pula untuk makan nasu cemba secukupnya saja. Hindari makan berlebihan, terutama penderita tekanan darah tinggi atau pernah terkena asam urat.Â