Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Praktik Baik Kurikulum Merdeka dari Pelosok Kabupaten Enrekang

1 Oktober 2023   22:59 Diperbarui: 14 Oktober 2023   05:00 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan IHT Implementasi Kurikulum Merdeka di SMAN 11 Enrekang. Sumber: dok. pribadi.

"Kalau dari dalamnya sudah baik, pasti keluarnya juga baik," kata Sapar. Guru-guru dan tenaga kependidikan bertanggung jawab penuh akan peran mereka di sekolah. Sehingga dilihat oleh para siswa di sekolah. 

SMAN 11 Enrekang telah menerapkan 5 hari kerja. Jam masuk setiap pagi di hari sekolah adalah pukul 07.30 dan pulang 15.30. Kepala sekolah dan guru-guru telah hadir di sekolah sebelum jam masuk. Dengan kata lain, tidak ada guru yang terlambat masuk ke kelas.

Hal ini menjadi contoh yang positif bagi siswa, sehingga para siswa termotivasi untuk hadir tepat waktu di sekolah. Hal yang sama terjadi ketika selama pembelajaran berlangsung hingga selesai.

Tidak ada kejadian guru menitipkan/mengirimkan tugas saja ke sekolah. Guru-guru bertanggung jawab penuh atas jadwal yang telah mereka terima dari wakasek kurikulum, pengecualian jika guru memiliki tugas luar atau ada kejadian insidentil. Tidak ada guru yang pulang lebih cepat. Inilah yang menjadi sumber pertama mengapa tidak ada siswa yang bolos atau meninggalkan pelajaran di SMAN 11 Enrekang. 

Terkait penerapan kurikulum merdeka, maka kesimpulannya adalah penerapan budaya positif melalui keyakinan kelas telah berjalan dengan baik di SMAN 11 Enrekang.

Tidak adanya siswa yang bolos selama ini adalah telah terbangunnya budaya positif yang sebenarnya pula sudah terjadi sebelum kebijakan penerapan kurikulum merdeka dari pemerintah. Pendidikan karakter melalui literasi kitab suci Al-Qur'an dan pendekatan kearifal lokal Enrekang turut andil pula dalam membangun karakter positif siswa. 

Budaya positif tidak semata menyasar siswa saja. Paling penting pula dan bahkan yang paling utama adalah budaya positif pada kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Selain itu bukan pula fokus pada pelaksanaan tugas saja, tetapi termasuk pemenuhan kebutuhan guru dan tendik.

Singkatnya, budaya positif akan berjalan dengan efektif dan efisien ketika hak dan kewajiban para pelaku pendidikan di sekolah telah terpenuhi. Ada simbiosis mutualisme. Pembelajaran berjalan dengan baik ketika kebutuhan guru terfasilitasi. 

Menyinggung penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), SMAN 11 Enrekang melalui kepala sekolahnya telah memberikan contoh yang baik pula.

Transparansi penggunaan anggaran yang bertanggung jawab dilakukan oleh kepala sekolah. Semua kegiatan yang sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS bisa diaktualisasikan oleh sekolah. Tak ada kontribusi finansial orangtua siswa melalui komite sekolah. Semua kebutuhan sekolah terfasilitasi dengan optimal dari dana BOS. Sehingga berdampak pada semangat para guru menjalankan tugas pokoknya yang lebih jauh lagi memberikan dampak pada siswa. 

Karakter yang baik di SMAN 11 Enrekang terwujud pula melalui gambaran profil sekolah sebagai refleksi dari pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) oleh siswa dan pengisian Survey Budaya Kerja & Survey Lingkungan Belajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun