Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Kearifan Lokal Warga Simbuang yang Wajib Diketahui

28 September 2023   21:07 Diperbarui: 7 Oktober 2023   11:42 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sisi perkampungan di Kecamatan Simbuang, Tana Toraja. Sumber: dok. pribadi. 

Setiap suku bangsa di seluruh belahan dunia bisa bertahan hingga kini karena memiliki kearifan lokal yang membuat warganya hidup rukun berdampingan dengan alam yang ditempatinya. Demikian halnya dengan masyarakat Kecamatan Simbuang di Kabupaten Tana Toraja. Warga Simbuang masih mempertahankan kebiasaan hidup nenek moyang mereka secara turun-temurun hingga kini. 

Perjalanan pertama kali ke Kecamatan Simbuang bukan hanya memberikan pengalaman berharga akan medan yang saya lewati dan keindahan alamnya. Meskipun hanya satu hari berada di Lembang Puangbembe Mesakada, namun perjalanan itu telah turut menambah wawasan saya akan kearifan lokal masyarakat di sana. Kepercayaan/agama bagi warga Simbuang disebut Aluk.

Aluk terkait erat tatanan atau aturan kehidupan bermasyarakat berikut sanksi atau pemali bagi warga yang melanggarnya. Sehingga kepercayaan tertua orang Toraja, Aluk Todolo (aluk=agama dan todolo = nenek moyang) juga masih sangat kental dianut oleh warga Simbuang, meskipun di sana telah dianut agama Kristen, Katolik dan Islam.

Bahkan menurut informasi yang saya dapatkan, masih sekitar lebih dari 50% dari total jumlah penduduk di sana sebenarnya masih mempertahankan kepercayaan tertua di Toraja itu. Meskipun agama Kristen mulai menyebar ke berbagai pelosok Kecamatan Simbuang yang dibuktikan dengan banyaknya gereja di sana, tetapi kepercayaan Aluk Todolo masih mempengaruhi tatanan kehidupan warga Simbuang. 

Ketika memasuki Puangbembe, saya sempat melewati ruas jalan yang di bagian kiri dan kanannya sementara dibangun pondok untuk melaksanakan upacara kematian (rambu solo').

Berbicara tentang upacara/ritus kematian di Toraja, khususnya bagi kaum keturunan bangsawan (disebut ma'dika di wilayah Toraja Barat), maka ada kebiasaan yang masih dipertahankan hingga kini. 

Semua rumpun keluarga dari orang yang meninggal dan belum diupacarakan atau belum diadakan prosesi penguburannya tidak akan memakan nasi dan daging ayam.

Selama dalam masa berduka, makanan pokok bagi keluarga hanya ubi dan jagung. Istilah yang bias dipakai untuk kegiatan tidak makan nasi adalah mero' yang berarti tidak makan nasi dari beras. Ini adalah kearifan lokal yang masih dipertahankan pula oleh keluarga-keluarga bangsawan di Toraja.

Namun, secara khusus di Kecamatan Simbuang, kewajiban tidak mengkonsumsi nasi dan daging ayam tidak hanya berlaku untuk keturunan orang yang meninggal saja. Warga atau tetangga sekitar pun turut menjalankan kearifan lokal tersebut. 

Selama jenazah masih ada di rumah, maka sanak famili hanya mengkonsumsi nasi jagung hingga selesai penguburan. Jika jenazah disimpan selama dua tahun, maka selama dua tahun pula keluarganya tidak akan pernah menyentuh nasi dan daging ayam.

Kewajiban tidak makan nasi dan ayam dilaksanakan oleh para tetangga yang datang membantu ketika sedang pelaksanaan gotong-royong mengambil kayu dan membangun pondok untuk prosesi upacara kedukaan. Semua yang membantu juga hanya akan makan nasi jagung atau ubi ketika menerima makan siang.

Dengan demikian, jika ada warga Simbuang yang tidak makan nasi, itu berarti mereka masih sedang berduka.

Nasi baru boleh dikonsumsi pada ritual terakhir upacara kematian yakni tahap ungkande bo'bo'. Makan nasi memberi arti bahwa masa berduka telah berakhir. 

Larangan makan ayam ini sedikit kontradiktif dengan kebiasaan umum warga Simbuang dan warga Toraja pada umumnya, khususnya bagi kaum pria, yakni massaung atau adu ayam. Adu ayam pada kegiatan kedukaan disebut ma'paramisi. Aktifitas adu ayam ini, selain merupakan tradisi juga sedikit beraroma judi.

Nah, ketika adu ayam sudah pasti ada ayam yang kalah dan pada akhirnya mati. Ayam yang kalah disebut bakke. Bakke akan dibawa oleh lawan yang menang. Sehingga disebut dengan ungkande bakke (makan daging ayam yang dikalahkan di arena sabung ayam).

Saya belum mendapatkan informasi apakah daging ayam dari massaung ini tidak ada pemali-nya jika dikonsumsi ketika ada warga sekitar yang masih berduka. Khusus bagi keluarga langsung dari yang meninggal sudah dipastikan tidak mengkonsumsinya. 

Oleh karena ada jenazah yang masih dalam keadaan terbaring di rumah, maka tak ada pula kegiatan menanam padi di sawah. Bukan karena kebetulan musim kemarau sehingga sawah tak digarap.

Jika melihat keadaan air di sungai, masih ada sejumlah sawah yang bisa digarap. Namun, sekali lagi ada kearifan lokal yang masih terjaga dan terpelihara oleh warga Simbuang. 

Satu kearifan lokal warga Simbuang yang juga masih bertahan adalah pelarangan bermain kartu. Entah itu main domino, joker atau kartu apapun tidak diizinkan. Menurut salah satu sumber di sana, jika ada yang ditemukan bermain kartu akan mendapatkan denda memotong satu ekor babi. 

Informasi ini sangat menarik bagi saya untuk digali lebih jauh. Sayangnya saya belum sempat melakukan eksplorasi lebih jauh tentang latar belakang dari pelarangan bermain kartu tersebut.

Bagi dunia pendidikan anak-anak di Simbuang, pelarangan bermain kartu ini sedikit banyak memberikan dampak positif. Anak-anak bisa lebih fokus pada pelajaran mereka atau sekedar menghabiskan waktu untuk menenun atau membantu orang tuanya. 

Dua informasi kearifan lokal warga Simbuang ini turut saya hormati pula ketika berada di Simbuang meskipun hanya sehari. Informasi ini sekaligus menjadi panduan dan masukan bagi warga pendatang untuk mengenali dan mematuhi tatanan kehidupan warga Kecamatan Simbuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun