Sedikit pelan saya melaju. Hujan rintik-rintik menyambut. Tanjakan makin curam diselingi tikungan tajam. Entah ini masih wilayah Leppan atau bukan yang jelasnya jalan seperti tiada ujung. Belum ada pertigaan sejak dari Sa'dan. Artinya jalur masih aman dari ketersesatan.Â
Pada sebuah tanjakan curam dan disambut tikungan tajam yang rabat betonnya terkelupas sebagian, saya berpapasan dengan sebuah ambulance yang meluncur pelan.
Selain sopir, hanya ada seorang ibu dengan anak kecil menemani sopir, sementara di bagian belakang tidur seorang pasien wanita. Sekali lagi hanya klakson yang saya bunyikan sebagai tanda perkenalan di jalan.Â
Tetesan hujan mulai menembus jaket waterproof yang saya pakai. Beruntung tas ransel berisi laptop di punggung sudah saya pasangi pelindung waterproof sejak dari kota Makale.Â
Sebuah gereja mungil di ujung bukit menarik mata saya. Makin tinggi menanjak gereja tersebut makin jelas. Saya berencana untuk berteduh di gereja tersebut.
Ternyata semakin dekat gereja tersebut, makin menjauh dari jalan. Pertigaan pertama yang saya temui adalah pertigaan menuju gereja. Tiga bapak-bapak bersenda gurau di kolong rumah. Bunyi klakson dua kali kembali saya berikan sebagai tanda izin lewat dan tanda perkenalan.Â
Luar biasa, ternyata gereja itu  dibangun di ujung bukit dan di sebelahnya langsung berbatasan dengan jurang. Selanjutnya, lokasi gereja berada ini bernama Lembang Makkodo. Ini saya kemudian tahu setelah saya tiba di Puangbembe dan menanyakannya.
Hujan deras deras, jalanan mulai basah dan berair. Beruntung jalan menanjak entah sudah berapa kilometer sudah dirabat beton. Saya tidak peduli lagi sudah jam berapa.
Suasana perjalanan masih terang-benderang meskipun mulai hujan dan kabut dingin mulai keluar dari sarangnya. Tiga ekor kerbau liar mengendus saya yang melaju pelan. Sepertinya motor pun mulai meminta istirahat sejenak. Maka berhentilah saya dan mengambil dokumentasi gereja di ujung bukit yang menawan.
Di tempat saya mengambil foto pun berdiri sebuah gereja mungil. Kursi-kursinya terlihat jelas dari jalan karena tidak berdinding. Sudah tiga bangunan gereja yang saya temui sejauh ini sejak masuk Leppan, tapi saya lupa mendikumentasikan papan nama gereja-gereja tersebut. Â