Ma'bumbun Dapo' bukan sekedar sebuah tradisi menaiki rumah baru. Upacara adat ini melambangkan ucapan syukur keluarga besar atas selesainya  pembangunan rumah adat tongkonan dan alang (lumbung). Ma'bumbun Dapo' juga  memiliki fungsi lain yang tak kalah penting. Ini adalah momen menyatukan keluarga besar yang merupakan keturunan dari tongkonan yang telah dibangun. Selain itu, Ma'bumbun Dapo' menjadi waktu yang paling tepat untuk mengumpulkan dana pembangunan tongkonan. Dana besar senilai ratusan juta rupiah kemudian dibagi rata kepada semua rumpun keluarga yang didasarkan pada garis keturunan atau silsilah.
Pelajaran berharga dari acara Ma'bumbun Dapo' ini adalah mampu menyatukan rumpun keluarga berdasarkan silsilah dari rumah tongkonan yang telah dibangun. Kemudian, mampu menggalang dan memelihara kegotong-royongan dalam masyarakat. Kekerabatan kembali dipupuk, meskipun rumpun keluarga telah tersebar ke dalam berbagai agama dan kepercayaan. Kristen, Katolik, Islam dan Aluk Todolo (kepercayaan Hindu Darma Toraja) bersatu dan bergotong-royong dalam mengangkat kesepakatan dan pekerjaan.
Setelah prosesi Ma'bumbun Dapo' ini selesai, maka prosesi selanjutnya adalah Mangrara Banua. Ini adalah puncak acara sebelum rumah tongkonan siap digunakan untuk acara syukuran keluarga, perkawinan dan kedukaan (Rambu Solo'). Rumah tongkonan tidak bisa menjadi tempat pelaksanaan ritual rambu solo' jika belum menyelesaikan prosesi Mangrara Banua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H