Sedikit membuat saya percaya diri adalah pernyataan kawan saya yang pernah bertugas di Kecamatan Simbuang. Ia mengatakan bahwa ia biasa berangkat jam 5 sore dari Makale.Â
Menembus jalur hutan, berbatu dan ekstrim ke Simbuang dan tiba di sana sekitar pukul 10 malam. Perjalanan itu ia lakukan saat musim kemarau seperti sekarang ini.Â
Jalan di depan saya kini memanjang dengan kombinasi bebatuan warna hitam dan tanah pucat. Agak landai mengikuti pinggiran sungai. Di sisi kiri dan kanan memanjang dua sisi pegunungan.
Entah seperti apa kontur jalan selanjutnya dan seberapa jauh di depan saya akan bertemu manusia dan rumah penduduk. Tepat pukul 5 sore. Lokasi Simbuang belum jelas dan tak ada tempat bertanya.Â
Tak ada orang yang lewat satupun. Sedikit rasa was-was dan takut menerpa pikiran saya. Pada akhirnya saya memilih mengikuti jalan satu-satunya tersebut dengan satu harapan bisa tiba di Simbuang, wilayah terisolir, sebelum gelap.Â
Sekarang saya ada di kampung yang dinamai Leppan. Menurut cerita para pelintas Simbuang-Mappak, kampung Leppan adalah lokasi di mana banyak jalan licin, berbatu dan berlumpur di musim hujan.Â
Pikiran saya terus melanglang buana memikirkan cerita dan menyesuaikan dengan pandangan mata langsung saya....Â
(Bersambung)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H