Kesempatan untuk merasakan atmosfir Simbuang pun terpenuhi manakala saya mendapatkan tugas selaku Pengajar Praktik Program Pendidikan Guru Penggerak  (PGP) Angkatan 9 Kabupaten Tana Toraja tahun 2023. Dari enam Pengajar Praktik yang bertugas di PGP Angkatan 9 tahun ini, cuma saya yang laki-laki. Sehingga, wajarlah saya mendapatkan tugas pendampingan ke wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) Kabupaten Tana Toraja.
Sebagai Pengajar Praktik, saya ditugaskan dari Kemdikbudristek melalui Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan Pendampingan Individu (PI) pertama kepada salah satu Calon Guru Penggerak (CGP) yang bertugas di Kecamatan Simbuang. Adapun unit kerja CGP yang saya dampingi adalah UPT SMPN Satap 2 Simbuang, berlokasi di Lembang (desa) Puangbembe Mesakada.Â
Sebelum berangkat ke sana, saya banyak mencari informasi terkait kondisi jalan, suasana perjalanan dan durasi perjalanan ke sana. Informasi pertama saya dapatkan dari salah satu rekan kuliah dulu di Universitas Kristen Indonesia Toraja. Beliau sempat mengajar dan menjadi kepala sekolah di Simbuang sekitar 10 tahun. Informasi lainnya saya dapatkan langsung dari CGP yang saya dampingi.
Hari Senin, tanggal 12 September 2023 akan selalu menjadi salah satu sejarah perjalanan hidup saya. Itu adalah hari pertama kali saya menyaksikan sendiri wilayah Kecamatan Simbuang. Sebelum berangkat ke sana, semua kebutuhan di jalan saya telah siapkan. Terutama mengecek kondisi motor.
Oleh karena jenis motor XTrail terlalu tinggi dan berat untuk ukuran tubuh saya yang pendek, maka saya memilih menggunakan motor bebek Supra FIT. Ini lebih ringan dan mudah saya kendalikan jika medan nantinya berat. Selain itu, penying  menyiapkan air mineral dan bekal di jalan. Terlebih tidak ada warung sepanjang perjalanan setelah melewati kampung Buakayu dan Mappa' di Bonggakaradeng. Warung nantinya di temui di Lekke', Simbuang. Tiga botol air mineral dan dua bungkus nasi saya beli sebagai bekal perjalanan.
Saya berangkat dari Makale pukul 13.55 wita mengambil rute Makale-Rembon-Buakayu-Mappa'. Jalan di sepanjang poros Makale-Mappa' boleh dikatakan 70% sudah bagus dengan jalan beraspal. Hanya beberapa titik saja di sekitar kampung Palesan hingga Salubarana' yang masih mengalami penyempitan jalan dan sedikit berlubang.
Memasuki poros kampung Buakayu ke Mappa', jalan sejauh 3 km sudah diaspal dengan bahu jalan telah dirabat beton. Namun, tepat di depan gerbang masuk kampung Mappa', jalan sedikit berbatu dan setelahnya telah dirabat beton.Â
Sepanjang jalur di kampung Mappa', saya disuguhi pemandangan alam berupa deretan perbukitan yang ditutupi savana dan pohon pinus. Adapula beberapa kali berpapasan dengan kelompok rumah warga dengan rumah tradisional Toraja, yaitu tongkonan.
Sekitar pukul 3.30 wita saya tiba di dusun Sandangan (menurut warga adalah ibu kota kampung Mappa'). Di sini ada ada pertigaan jalan. Saya sempat kebingungan. Untung ada papan petunjuk yang dibuat oleh mahasiswa KKN Nusantara. Ternyata itu pertigaan menuju Lembang (desa) Poton dan Simbuang.
Di Sandangan, saya disuguhi kompleks persawahan tadah hujan tradisional dan rumah tongkonan. Saya mengambil video dan beberapa foto. Kebetulan ada yang sementara panen padi lokal yang dinamai pare kutu'. O ya jenis padi ini hanya sekali panen setahun, dan dipetik menggunakan semacam jepitan yang disebut rangkapan.Â