Caranya adalah dengan bekerja sama dengan admin cabang dinas untuk melakukan reset titik koordinat di Google Maps. Biasanya ini terjadi pada calon peserta didik yang dititipkan lewat kepala sekolah dan panitia.Â
Oleh karena kondisi tersebutlah sehingga tercipta ketidaktenangan dari warga sekitar sekolah. Pihak-pihak yang mengaku LSM pun ramai-ramai mencari kebenaran informasi yang  membuat munculnya demonstrasi di sejumlah sekolah unggulan. Sejumlah kepala sekolah pun  goyah integritasnya ketika menerima berbagai kunjungan dan telepon orang tua/wali calon peserta didik baru.Â
Kasus terakhir terjadi pada jalur prestasi akademik. Untuk "membantu" calon peserta didik baru tertentu, admin PPDB sekolah akan mendongkrak nilai calon peserta didik baru. Artinya, nilai yang diinput di sistem berbeda dengan nilai sebenarnya di rapor. Sehingga, cara ini banyak digunakan oleh admin PPDB sekolah untuk meloloskan anak "titipan."
Sistim PPDB online boleh dikatakan sudah sangat baik dalam meratakan jumlah peserta didik ke sekolah-sekolah negeri. Sebuah keadaan yang membuat peserta didik tidak hanya berkumpul di sekolah unggulan, tapi mulai meramaikan sekolah penggiran/kampung.Â
Banyaknya peserta didik di sekolah pinggiran akan mendorong jam mengajar guru bersertifikat pendidik ikut terpenuhi. Namun, integritas kepala sekolah dan panitia serta admin PPDB masih sering menodai pelaksanaan PPDB online.Â
Semoga tahun yang akan datang pelaksanaan PPDB online makin berwibawa dan adil bagi semua. Dibutuhkan ketegasan dan sikap pelayanan yang mulia untuk mewujudkannya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H