Tradisi mengantar pengantin baru dari rumah mempelai wanita ke rumah mempelai pria masih dipertahankan masyarakat Toraja hingga kini. Tradisi ini adalah bagian kehidupan sosial budaya yang masih kuat melekat.
Secara khusus, kami etnis Toraja Gandangbatu di bagian selatan Tana Toraja yang beririsan langsung dengan kabupaten Enrekang. Walaupun di tengah modernisasi dan berbaurnya sejumlah budaya, termasuk tradisi Kristen dan Muslim, tradisi adat Toraja ini masih dilaksanakan.
Tradisi ini dikenal dengan Umpasundunni alukna rampanan kapa'. Menuntaskan prosesi pernikahan secara adat, negara dan gereja.
Hari ini saya memenuhi undangan pernikahan salah seorang kawan. Acara nikah dan resepsinya telah selesai pada hari Selasa yang lalu. Oleh karena saya tidak ikut resepsinya, saya mengikuti prosesi Ma'pasule bakku'. Dalam bahasa Duri, Enrekang, tradisi ini lebih dikenal dengan Ma'papole barasan.
Ma'pasule atau ma'papole artinya mengembalikan. Sementara bakku atau barasan artinya bakul.
Baca juga:Â Mengenal "Mangrara Tongkonan", Prosesi Adat yang Menyatukan Rumpun Keluarga Toraja
Menurut penjelasan salah seorang tokoh adat di yang hadir dalam acara ini, pada zaman dulu, ketika keluarga mempelai pria melamar seorang wanita, ia membawa bakul (bakku'). Bakul ini terbuat dari pelepah pinang. Bakul yang dibawa berisi buah pinang.Â
Filosofi pinang ini pun ada mitosnya. Ketika pinang ditanam oleh pihak keluarga wanita, dan ternyata tidak tumbuh/rusak, maka itu bermakna kedua calon mempelai memiliki hubungan kekerabatan yang masih sangat dekat. Misalnya, mereka saudara kandung atau sepupu satu kali.
Makna selanjutnya dari pinang tersebut adalah bagi orang Toraja, pemali (dilarang) saudara kandung dan sepupu sekali menikah. Akan ada dampak buruk dalam kehidupan rumah tangga nantinya.
Menyimak cerita tokoh adat, konon dahulu kala ada seorang pria yang pergi mencari istri. Sampailah ia pada sebuah batu lalu mengetuknya. Ternyata keluar seorang wanita. Dan wanita tersebut pun bertanya, "Den pi sangka'mu sia ada'mu muditarima. Sule mo ko dolo." Artinya jika ada pamali dan adat dimiliki silahkan datang melamar. Jika belum ada maka kembalilah dulu.Â
Inilah salah satu alasan mengapa dalam lamaran orang Toraja secara adat ada bagian prosesi yang disebut ma'dedek ba'ba (mengetuk pintu).
Fungsi utama dari tradisi ma'pasule bakku' umpasundunni alukna rampanan kapa' ini adalah untuk menguatkan hubungan kekerabatan antara kedua rumpun keluarga yang telah menyatu dalam status perkawinan. Secara khusus bagi kedua mempelai, tradisi ini membawa pesan agar tak ada satupun dari mempelai pada dalam kehidupan rumah tangganya nanti yang ma'barira sangsese atau salah satu mempelai hanya memihak/mengutamakan kepentingan keluarganya sendiri.Â
Doa restu diberikan oleh semua keluarga yang hadir kepada pengantin baru dalam acara ma'pasule bakku'. Selesainya prosesi ini menandai sahnya pasangan pengantin baru untuk memulai kehidupan rumah tangga.Â
Baca juga:Â Sajian Khas Etnis Toraja Bonggakaradeng
Sekilas demikian penjelasan yang saya simak. Selanjutnya acara umpasundunni aluk rampanan kapa dilanjutkan dengan jamuan menyambut tamu. Penganan tradisional berupa kue deppa tori' dan baje' dihidangkan bersama kopi/teh. Kemudian dilanjutkan dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh seorang pendeta Gereja Toraja. Prosesi ditutup dengan jamuan makan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H