Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efektifkah Kebijakan Masuk Sekolah Jam 5?

2 Maret 2023   10:06 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:19 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Heboh. Dunia pendidikan di tanah air dibuat heboh oleh kebijakan baru Gubernur NTT, Victor Laiskodat. Mantan politisi Nasdem tersebut memerintahkan sekolah-sekolah menengah atas negeri di kota Kupang untuk memulai pembelajaran di sekolah pada pukul 5 pagi. 

Melansir berbagai sumber, saya mencoba menyimpulkan alasan gubernur NTT menerapkan kebijakan "ekstrim" tersebut. 

Pembangunan karakter siswa menjadi salah satu alasannya. Dengan bangun pagi-pagi siswa akan dibiasakan untuk disiplin tidur cepat dan bangun cepat. 

Maksud lain gubernur adalah untuk mendorong siswa NTT banyak yang diterima di perguruan tinggi ternama, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Bagi saya tujuannya memang baik. Tapi apakah memang harus masuk subuh dan pembelajaran dimulai, "teng" jam 5 pagi. Jika alasannya adalah untuk menfubh karakter, maka mengubah jam masuk sekolah ke jam 5 pagi bukanlah jalan terbaik. 

Dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan ini apakah sudah dikaji sebelumnya. Terlebih mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan siswa. Masuk jam 5 pagi berarti siswa harus bangun jam 3 pagi lebih awal. Dan perlu diingat bahwa tidak semua siswa sama kondisinya di rumah. Tentu, sudah banyak siswa yang bangun subuh, tapi sebelum.ke sekolaj mereka terlebih dahulu harus melaksanakan rutinitas membantu orang tua. Misalnya, ada yang mengurus ternak, barang dagangan, dan mungkin Ada yang belajar.

Jika alasannya adalah pengaruh teknologi  lewat smartphone yang membuat banyak siswa telat tidur karena main game, dll.; maka solusinya juga kurang tepat kalau dikaitkan dengan jam masuk sekolah jam 5 pagi. Model dan strategi pembelajaran yang harus diubah dan disesuikan dengan perkembangan anak di era teknologi digital. 

Belum lagi dampaknya guru-guru. Saya sebagai seorang guru juga, memiliki prinsip pantang meninggalkan rumah jika perasaan kurang nyaman, terburu-buru, dll. Intinya, kesiapan mengajar itu membutuhkan ketenangan jiwa dan kesehatan mental yang baik pula. Bagaimana bisa optimal mengajar jika gurunya gelisah. Masalah di rumah belum kelar dan harus buru-buru ke sekolah. 

Bagi ibu-ibu guru, tentu mempercantim personal tidak bisa lagi optimal di rumah. Agar check lock tidak telat, mama lupa mandi dan meluncur ke sekolah. Ruang guru menjadi sarana make up. 

Ini hanya dampak kecil dari kebijakan masuk sekolah jam 5. Belum termasuk dampak bagi orang tua siswa. Tentu akan ada ekstra tambahan biaya terkait transportasi. Pelajaran dimulai jam 5 berarti menuntut ketersediaan transportasi. Nah, apakah di Kupang kendaraan umum telah beroperasi sejak jam 3.30 subuh? Jika belum, mama tentu orang tua harus carter mobil atau motor setiap hari.

Kesehatan mental siswa yang belum siap tentu juga ikut terdampak. Mungkin ada beberapa siswa dan orang tua yang sudah terbiasa sebelum adanya kebijakan pak gubernur. Tapi saya percaya bahwa jauh lebih banyak yang terdampak negatif.

Sekiranya jam masuk belajar jam 5 ITU terkait dengan kemacetan, maka bisa saja kebijakannya logis. Seperti di tempat says mengajar, pelajaran dimulai jam 7 pagi dan kembali pukul 13.30. Alasan sekolah kami yang tercepat masuk adalah untuk menghindari kemacetan di pertigaan sekolah pada jam 7 pagi. Dimana pada jam itu merupakan puncak lalu lalang kendaraan yang menuju ke puluhan sekolah di kota, sementara jalan utama hanya satu. 

Mengelola pendidikan dan membangun karakter siswa tidak mesti ekstrim lewat masuk subuh. Penting juga bagi bapak gubernur untuk memaknai kurikulum merdeka dan pembelajaran sosial emosional. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun