Pendemi Covid-19 di Indonesia belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Pandemi menyebabkan krisis dalam segala sisi kehidupan, baik segi kesehatan, psikologis, sosial, dan ekonomi. Pemerintah telah menetapkan aturan tentang social distancing untuk memutus rantai penyebarannya. Selain itu, terdapat kampanye memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Meskipun sudah ada berbagai langkah mitigasi yang diberikan pemerintah, banyak masyarakat yang belum siap dengan pandemi. Ketika wabah corona mulai merebak di Indonesia, banyak orang mengalami panic buying. Masyarakat kehilangan sense of control sehingga membeli secara berlebih terhadap suatu hal. Kegiatan tersebut menyebabkan harga barang melambung tinggi dan kelangkaan akan barang tertentu. Kelangkaan masker pada awal wabah corona merupakan contoh imbas dari panic buying. Padahal, masker merupakan benda utama dalam perang melawan Covid-19. Bahkan, tenaga medis sampai kekurangan masker akibat panic buying yang tak terkontrol dari masyarakat.
Dari contoh di atas, banyak masyarakat yang mengalami degradasi kemanusiaan ketika pandemi berlangsung. Mereka tidak memikirkan orang lain dan hanya fokus akan kebutuhan pribadi. Bahkan, terdapat beberapa oknum yang menimbun masker untuk keuntungan pribadi.
Negara yang berhasil keluar dari kengerian pandemi Covid-19 adalah negara yang memiliki persatuan dan kesatuan serta solidaritas yang kuat. Oleh karena itu, seharusnya pandemi merupakan momentum untuk saling menjaga persatuan, solidaritas, dan gotong royong antar lapisan masyarakat. Â Kerja sama berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan pandemi ini, mulai dari pemerintah sampai masyarakat tingkat bawah.
Sebenarnya, Indonesia memiliki instrumen yang dapat digunakan untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama antar golongan dalam pandemi. Instrumen tersebut sering dilupakan namun sangat efektif digunakan di semua krisis. Instrumen itu bernama "Pancasila"
Pancasila sebagai ideologi negara memiliki nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menguatkan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Pancasila akan membantu kita untuk tetap utuh dan bersatu dalam kebersamaan untuk menghadapi Covid-19.
Nilai dalam Pancasila semakin relevan dengan situasi dan kondisi saat ini, di mana bangsa Indonesia sedang menghadapi pandemi yang berdampak pada berbagai sektor. Keseluruhan nilai dalam Pancasila memberi masyarakat landasan berpikir dan bertindak dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Sila pertama mengajarkan nilai keimanan kepada Tuhan YME. Wabah Covid-19 dapat dianggap sebagai bentuk ujian dalam kehidupan yang seharusnya mendekatkan kita terhadap Tuhan. Spiritual seseorang sebaiknya semakin kuat di masa-masa seperti ini. Pandemi mengajarkan tentang takdir, di mana apa yang terjadi kini tidak lepas dari kehendak Tuhan.
Sila kedua mengajarkan tentang empati dan tanggung jawab kemanusiaan. Kedua hal tersebut benar-benar diuji di masa krisis. Tiap individu seharusnya sadar bahwa mereka tidak hidup sendiri dan memiliki kewajiban untuk saling menjaga agar pandemi dapat segera berakhir. Disiplin dalam protokol kesehatan menjadi tanggung jawab bersama.
Setiap manusia memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama. Sehingga, semua masyarakat yang berhak harus mendapatkan perlindungan dan bantuan yang adil dari pemerintah.
Empati kemanusiaan akan melahirkan persatuan dan gotong royong. Kebersamaan dalam keberagaman ini akan mempercepat penanganan pandemi. Saling membantu, berbagi, dan berkolaborasi terhadap semua lapisan masyarakat tanpa memandang suku, agama, dan ras merupakan esensi dari sila ketiga Pancasila
Sila ketiga juga mengajarkan tentang nasionalisme yang menumbuhkan rasa persatuan sebagai sebuah bangsa. Tumbuhnya kecintaan terhadap sesama akan menumbuhkan berbagai tindakan yang bermanfaat di masa pandemi. Kegiatan pemberian bantuan materi maupun nonmateri dan saling mendoakan merupakan upaya yang kecil yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif dari pandemi.
Sila keempat dalam Pancasila memberikan gambaran tentang kebijaksanaan yang harus pemimpin miliki dalam menghasilkan kebijakan yang berorientasi pada kepentingan bersama bukan untuk sekelompok orang. Dalam situasi apapun, pemegang kekuasaan tidak boleh mengambil untung, dan menyalahgunakan kekuasaan di tengah kesulitan rakyat. Setiap keputusan yang diambil pemerintah sebaiknya merupakan hasil dari musyawarah dan kesepakatan bersama.
Sila kelima menyiratkan keadilan yang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Sikap adil kepada sesama, saling menghormati hak orang lain, saling tolong-menolong dan menghargai diperlukan dalam melakukan segala hal guna mempercepat penanganan pandemi Covid-19.
Berdasarkan pembahasan di atas, nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat universal dan dapat digunakan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai persoalan. Nilai tersebut sangat dibutuhkan dalam menghadapi wabah Covid-19 yang memerlukan gotong royong, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan agar tidak terpecah belah dalam menyikapi wabah Covid-19.
Dalam kondisi pandemi, nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan di hati masyarakat. Pancasila merupakan penuntun warga negara dalam menghadapi setiap krisis. Pancasila memberikan penyadaran spiritual kepada kita, menumbuhkan empati, menumbuhkan tanggung jawab kemanusiaan, dan perekat bagi persatuan bangsa.
Pancasila tidak hanya untuk dihafal dan dibacakan tiap upacara, melainkan harus ditanamkan dalam hati dan diimplementasikan dalam kehidupan. Pancasila merupakan ideologi yang ideal bagi bangsa Indonesia. Semuanya tinggal bagaimana kita mengimplementasikannya. Dalam Covid-19 ini, kita dituntut untuk menjadi manusia yang seutuhnya, tidak hanya dibutakan nafsu dan sifat egois, kita harus belajar untuk menghargai sesama dan tetap bekerja sama untuk mengakhiri pandemi Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H