Mohon tunggu...
Oktoviana BS
Oktoviana BS Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai dan Mahasiswa

"Jangan pernah menyepelekan hal kecil, karena dari hal kecil akan menciptakan sesuatu yang besar."

Selanjutnya

Tutup

Money

Wisata Halal, Impian yang Jadi Kenyataan

8 Februari 2020   21:06 Diperbarui: 8 Februari 2020   21:00 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep wisata halal saat ini menjadi suatu impian di kalangan masyarakat penyuka jalan-jalan. Hal ini salah satunya tercermin dari semakin banyaknya tawaran paket wisata dengan konsep "wisata halal" di mesin pencari bernama "google" ketika kita mengetikkan dua kata tersebut. Sekalipun penawaran paket perjalanannya bukan ke negara-negera yang mayoritas penduduknya adalah muslim, seperti paket liburan ke beberapa negara Eropa, Jepang atau Korea.  

Jangan bayangkan konsep wisata halal hanya diperuntukkan bagi kaum muslim saja, tentunya penawaran wisata halal ini dipublikasikan bagi seluruh penikmat pelesir di seluruh dunia, tanpa melihat identitas agama, seperti layaknya berita "cadar" dan "celana cingkrang" yang saat ini sedang hangat diperbincangkan media yang identik menjadi simbol kebudayaan bagi salah satu agama di Indonesia.

Pada dasarnya, konsep wisata halal ini tidak jauh berbeda dengan wisata pada umumnya, yaitu pelancong dapat menikmati tempat-tempat terbaik yang menjadi objek wisata unggulan di suatu daerah dengan keragaman budaya dan kekhasan wilayah yang disajikan. 

Bedanya, konsep wisata halal ini menawarkan kemudahan bagi pelancong selain dapat menikmati titik-titik destinasi daerah wisata tersebut, juga mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam memperoleh akses ke restoran yang menawarkan beragam sajian dengan mengantongi sertifikat halal, tersedianya informasi mengenai lokasi sarana ibadah seperti mesjid dan mushola di sekitar tempat wisata, atau tersedianya tempat pemandian yang berbeda antara pelancong wanita dan pria..

Hal ini semakin menarik, ketika fakta menunjukkan bahwa pada tahun 2019 ini Indonesia berhasil mendapat gelar juara pertama sebagai negara tujuan wisata halal dunia berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Global Muslim Travel Index, dengan mengalahkan negara pesaing terberatnya yaitu Malaysia, Turki dan bahkan Uni Emirat Arab. Upaya Indonesia untuk mencapai posisi puncak melalui empat kriteria yang digunakan sebagai acuan penilaian yaitu access (akses), communication (komunikasi), environment (lingkungan), dan service (layanan).

Indonesia sebagai negara mayoritas berpenduduk muslim membuktikan bagi para pelancong bahwa makan dan minum yang disediakan di sepanjang tempat wisata dapat memberikan kejelasan informasi mengenai perbedaan makanan dengan unsur halal dan  non halal, dan tentunya kemudahan dalam menemukan tempat ibadah bagi pelancong menunaikan ibadah sholat lima waktu disela waktu liburannya menjadi hal yang sangat penting. 

Tentunya Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia memperoleh dua manfaat sekaligus, baik sebagai pihak yang menawarkan jasa wisata halal dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat beragam, juga sebagai sumber pendapatan terbesar dari pelancong domestik yang semakin meningkat jumlahnya di setiap tahun.

Bank Indonesia tentu sangat memahami kondisi ini. Peluang yang begitu besar akan perkembangan syariah terutama di sektor pariwisata menjadi komitmen utama bagi Bank Indonesia untuk turut andil dalam memberikan dukungan penuh terhadap perkembangannya baik di nasional maupun dunia internasional. 

Komitmen ini salah satunya tercermin dalam penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang dilakukan rutin setiap tahun sejak 2014. Pada tahun ini diselenggarakan tanggal 14 sampai dengan 16 November 2019 lalu di Jakarta dengan tema besar yang diangkat adalah "Ekonomi Syariah yang Lebih Kuat dan Berkesinambungan".

Salah satu komitmennya tercermin pada salah satu cetak biru pengembangan syariah di Indonesia, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah melalui pengembangan rantai nilai halal (halal value chain). Hal ini diharapkan dapat mendorong akselerasi pengembangan produk dan jasa syariah dari sisi produsen untuk konsumsi domestik maupun dunia internasional. 

Salah satu contoh konkritnya, Bank Indonesia melalui kantor perwakilannya terutama di daerah destinasi wisata, misalnya Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk membantu kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi binaannya untuk dapat dengan mudah memperoleh sertifikasi halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun