Mohon tunggu...
Ovi Vensus H. Samosir
Ovi Vensus H. Samosir Mohon Tunggu... Editor - Menjadi Terang

Pendidikan, Sosial, Budaya, Politik, dan Hubungan Internasional adalah beberapa bidang kehidupan yang berhasil menarik minatku.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Singapura Berlahan Luas di Indonesia: Buah Busuk dari Modernisasi Kelapa Sawit (Palm Oil) Indonesia

17 Juni 2022   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2022   20:54 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara konseptual dari Dos Santos, Indonesia sedang berada dalam kondisi ketergantungan. Dos Santos mengartikan ketergantungan sebagai situasi dimana perekonomian negara-negara tertentu dikondisikan oleh pembangunan dan perluasan ekonomi negara lain. Hubungan ketergantungan antara dua ekonomi atau lebih dalam perdagangan dunia mengambil bentuk ketergantungan ketika beberapa negara yang dominan dapat berekspansi dan mempertahankan dirinya, sementara negara-negara lain yang tergantung hanya sebagai refleksi dari ekspansi tersebut, yang dapat berdampak positif atau malah negatif terhadap pembangunan negara-negara yang tergantung tersebut. (Dos Santos, 1970).

 

Dalam kerangka pemikiran Dos Santos, ketergantungan dapat dibedakan; (1). Ketergantungan Kolonial, dalam ketergantungan ini terjadi ekspor perdagangan alam dari negara-negara jajahan ke negara kolonial dalam hal ini adalah bangsa Eropa. Negara-negara kolonialis melakukan monopoli perdagangan dengan juga monopoli tanah, pertambangan, tenaga kerja di negara-negara jajahannya.  (2). Ketergantungan Finansial-Industrial, yang menguat di akhir abad 19, ditandai dengan dominasi kapital besar pada pusat-pusat hegemonik, dan ekspansinya ke luar negeri melalui investasi terhadap produksi bahan-bahan mentah dan produk-produk pertanian untuk konsumsi di pusat-pusat hegemoni. Sebuah struktur produktif telah bertumbuh di negara-negara yang fokus pada ekspor produk-produk tersebut; istilah ini oleh Levin disebut export economies; analisis lain di wilayah lain, produksi yang oleh ECLA sebut foreign-oriented development. (3). Pada periode pasca perang, sebuah ketergantungan baru telah terkonsolidasi, didasarkan pada korporasi-korporasi multinasional yang mulai berinvestasi dalam industri-industri yang  menyesuaikan pada pasar internal negara-negara underdeveloped. Bentuk ketergantungan ini secara mendasar adalah ketergantungan teknologi-industri.

 

Indonesia telah melewati ketergantungan kolonial, namun saat ini dengan sistem perdagangan terbukanya, Indonesia sedang mengalami ketergantungan finansial-industrial sekaligus ketergantungan teknologi-industri. Ketergantungan finansial-industrial, secara kasat mata terlihat dari kepemilikan lahan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 8,42 juta ha (55,8%). Berlanjut juga pada finansial penentuan harga, bukan dikendalikan oleh Indonesia tetapi oleh pasar internasional. Syahril, Masbar, R., Majid, M.S.A., Syahnur, S. (2019) dalam penelitiannya -yang mempertanyakan Does Indonesia as the world largest palm oil producing country determine the world crude palm oil price volatility? -- memperoleh jawaban bahwa the study found that the world CPO price volatility is only Granger-caused by the changes in the real exchange rate, while other variables were found to have no significant effect.

 

Ketergantungan teknologi industri tidak ketinggalan juga memperkuat ketergantungan Indonesia di bidang kepala sawit ini. Dengan tujuan memodernisasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Indonesia tertarik untuk menerapkan teknologi Geo-Al. Teknologi yang mengkombinasi artificial intelligence, machine learning, dan location analitycs sebagai alat monitor perkembanan tanaman sawit  dan kondisis tanah. [5] Lagi-lagi, teknologi ini, belum dipelopori dan belum berhasil diciptakan Indonesia. Kuat dugaan bahwa hasil inovasi dan produksi teknologi Geo-Al ini akan dihadirkan oleh pihak-pihak dari luar negeri. Perusahaan-perusahaan luar negeri saat ini memberi perhatian lebih dalam pengembangan teknologi Geo-Al. (Asrianda, dkk, 2021). Sedangkan Indonesia terlihat masih sibuk dalam urusan tata kelola administrasi minyak sawit, khususnya minyak goreng. Indonesia mau sampai kapan seperti itu? Aduh, maaf saya tidak tau. Saya hanya penonton biasa, itupun dari balik layar HP.

  

Kesimpulan

 

Ketika Indonesia memilih modernisasi untuk mengentaskan kemiskinan, ternyata mengakibatkannya terjebak pada sistem ketergantungan. Alih-alih Indonesia menjadi pihak yang paling diuntungkan dari modernisasi perkebunan kelapa sawit, malah mengalami ketergantungan finansial-industri dan ketergantungan teknologi-industri, selain dahulu juga mengalami ketergantungan kolonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun