Konflik adalah proses dinamis, bukan kondisi statis. Konflik memiliki awal dan melewati banyak tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik, antara lain menurut Luthans (2006: 140) adalah:
A. Kondisi Anteseden
Adalah suatu kondisi yang berpotensi menyebabkan atau mengawali suatu episode konflik. Terkadang tindakan agresif dapat memicu proses konflik. Kondisi Atecedent bisa tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Harus diingat bahwa kondisi ini tidak serta merta mengawali proses konflik.
A. Konflik yang Dirasakan
Agar konflik terus berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka berada di bawah ancaman sampai batas tertentu. Tanpa adanya perasaan terancam ini, salah satu pihak dapat melakukan sesuatu yang berdampak negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman.
1. Merasa Konflik
Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Itu sebabnya jika orang merasa ada perselisihan, baik aktual maupun potensial, ketegangan, frustrasi, kemarahan, ketakutan, dan kemarahan meningkat. Di sinilah kepercayaan terhadap pihak lain mulai diragukan, sehingga segala sesuatunya dianggap sebagai ancaman, dan masyarakat mulai berpikir bagaimana menghadapi situasi dan ancaman tersebut.
2. Konflik Manifest
Persepsi dan perasaan menyebabkan orang bereaksi terhadap situasi tersebut. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang berujung pada pemecahan masalah yang konstruktif.
3. Penyelesaian atau Penindasan Konflik
Resolusi Konflik atau hasil dari suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik. Mereka bahkan mulai mengambil langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa depan.Perceived Conflict :