Mohon tunggu...
Sobat Wisata
Sobat Wisata Mohon Tunggu... Foto/Videografer - - Beda Sudut -

Maniac Blogger|Penggiat Alam Bebas Website : www.perwiratour.com , www.visitpurbalingga.com www.lembahasriserang.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Goalawa, Wisata Keluarga Demgan Beragam Daya Tarik

4 Desember 2015   17:09 Diperbarui: 5 Juni 2024   21:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Struktur geologi yang dijumpai di Gua Lawa umumnya berupa kekar (retakan) yang dihasilkan oleh dua faktor utama yaitu struktur pendinginan dan struktur tektonik. Kekar hasil proses pendinginan lava murupakan retakan yang umum di Gua Lawa. Rekahan pendinginan magma yang teramati di Gua Lawa membentuk retakan-retakan vertikal yang tidak menerus Retakan-retakan verikal ini membentuk batuan menjadi blok-blok yang berukuran hingga beberapa meter. Retakan ini umumnya tidak menerus dan berukuran panjang 50 cm hingga beberapa meter. Retakan hasil proses pendinginan yang berdimensi vertikal ini umumnya membentuk celah yang rapat, sehingga walau batuan retak namun masih saling mengunci dan membentuk atap-atap gua yang kokoh da tidak mudah runtuh. Retakan-retakan horisontal umumnya merupakan batas antar tubuh lava tua. Retakan pendinginan horisontal kemungkinan memiliki kemenerusan yang tinggi. Retakan horisontal di Gua Lawa tampak lebih terbuka dibandingkan retakan vertikal. Terdapat pula struktur pendinginan yang tidak membentuk retakan namun membentuk alur-alur menyerupai lapisan pada batuan sedimen. Lapisan-lapisan ini terbentuk sebagai batas waktu pendinginan lava. Alur-alur ini terbentuk melingkari alur gua dan memanjang searah gua sejajar dengan arah aliran lava. Retakan-retakan sebagai hasil proses tektonikisme tidak banyak dijumpai di Gua Lawa. Retakan tektonik kompresif/tekanan yang umumnya membentuk retakan / kekar-kekar seperti gunting tidak dijumpai di dalam Gua Lawa. Retakan ekstensif/regangan masih dapat dijumpai berupa retakan vertikal yang memanjang dan terbuka hingga 4 cm. Retakan-retakan ini memiliki kemenerusan yang terbatas. Retakan-retakan tektonik ini sangat jarang dijumpai di Gua Lawa. Kekar (rekahan) baik sebagai hasil proses pendinginan magma maupun tektonik tidak berpengaruh pada pembentukan alur-alur gua secara umum. Retakan-retakan ini tidak membentuk rongga atau celah Gua baru, karena tidak terjadi pelarutan pada dinding retakan ini. Sehingga bentuk gua tetap sama dengan bentuk awal gua setelah magma cair terkuras keluar. Retakan di Gua Lawa perlu dipelajari lebih lanjut, hal ini karena retakan ini berpengaruh dalam runtuhnya dinding atas Gua dan terbentuknya koneksi vertikal dengan gua-gua di atas maupun di bawahnya. Balok-balok batu lepas yang dijumpai di bagian pintu masuk gua berukuran hingga beberapa meter besarnya merupakan hasil runtuhan atap gua. Runtuhan atap Gua juga sampai menghasilkan ventilasi-ventilasi Gua. Hal ini menyebabkan Gua tertutup dan terkotori oleh balok-balok batu runtuhan atap dan tanah atau lumpur yang masuk kemudian. Arah tubuh Gua Lawa sangat bervariasi, namun secara umum berarah utara barat laut-selatan tenggara (sekitar N 345O E) hingga timurlaut-barat daya (sekitar N 35O E). Arah-arah kekar/retakan batuan lebih bervariasi baik utara-selatan, barat-timur, baratlaut-tenggara maupun baratdaya-timur laut. Arah retakan tektonik lebih menunjukkan arah baratdaya-timurlaut. Pengamatan lapangan tentang arah umum gua tidak mengikuti arat-arah kekar.

Bagian atas gua yang tampak di permukaan merupakan daerah miring landai hingga datar bergelombang. Secara lebih luas bersama daerah sekitarnya Gua Lawa berada pada daerah lereng pegunungan. Daerah ini merupakan sisi timur dari Gunung Slamet sekarang. Morfologi di mana kini Gua Lava berada kemungkinan tidak jauh berbeda dari morfologi awal pembentukan gua, dimana gua terbentuk di darat dengan kemiringan lereng yang tinggi. Suhu udara luar ketika pembentukan lava pembentuk gua kemungkinan juga cukup dingin hingga ketebalan magma yang membeku dipermukaan cukup tebal hingga terhindar dari keruntuhan. Kondisi ini dimungkinkan terbentuk pada daerah pengunungan dengan suhu udara yang relatif dingin.

Batuan lava penyusun Gua Lawa memiliki porositas yang tinggi. Dengan struktur skoria dimana lubang-lubangnya saling berhubungan memungkinkan untuk penyimpanan dan pengaliran air tanah. Aliran air di pemukaan lantai gua dan tetesan air dari atap gua dapat diamati pada musim hujan. Tubuh genangan air dapat dengan mudah teramati di dalam gua. Genangan air ini tetap terisi air walaupun di musin kemarau. Cebakan air bawah tanah yang tersimpan di dalam gua dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bagi masyarakat di musim kemarau. Kondisi hidrologi ini juga mempunyai dampak pada aliran lumpur yang mengotori dan menutup tubuh-tubuh alur gua yang berada di bagian bawah. Rembesan air juga menyebabkan proses pembentukan karbonat dari mineral plagioklas. Pembentukan lapisan-lapisan karbonat pada bagian kecil dinding gua dapat diamati di sekitar genangan air Sendang Derajat. Di beberapa bagian lapisan karbonat ini mencapai tebal 2 cm dan membentuk seperti mikro stalagtit.

Genesa Gua Lawa Magma yang keluar pada permukaan bumi bersifat encer, panas dan berpijar mengalir dari sumber erupsi volkanik. Magma ini mengalir dari sumbernya di permukaan bumi menuju bagian yang elevasinya lebih rendah. Akibat kontak antara magma dengan udara di permukaan, maka bagian tubuh magma yang berada di permukaan dan di bawahnya akan membeku terlebih dahulu dan berhenti mengalir. Bagian magma yang berada paling bawah dari tubuh aliran lava akan tetap cair, akibat panas yang masih tinggi. Dikontrol oleh morfologi purba, magma cair di bagian bawah ini akan terus mengalir menuju tempat-tempat dengan elevasi yang lebih rendah. Magma di bagian bawah yang masih mengalir ini meninggalkan bagian yang telah membeku di atasnya. Hilangnya bagian lava yang masih cair di bagian bawah ini meninggalkan rongga-rongga. Rongga-rongga ini merupakan saluran aliran lava pijar di bawah permukaan bumi dari sumber erupsinya menuju tempat-tempat yang secara elevasi lebih rendah. Pembentukan rongga-rongga baru dapat terus berlanjut pada aliran lava baru dari erupsi yang masih terus berlangsung di atas tubuh lava yang telah membeku. Tubuh aliran lava baru ini berkembang di atas gua-gua lain yang telah terbentuk di bawah. Bila hal ini berlangsung terus maka dapat dihasilkan beberapa tubuh gua yang tersusun secara vertikal. Arah pelelehan magma seperti pada gambar 2 di bawah ini, yaitu mengikuti morfologi purba pada formasi Halang.

LEGENDA GUA LAWA 
Gua Lawa selain sebagai fenomena alam dengan karakteristik fisik dan proses yang khas, juga tersimpan kisah-kisah legenda di dalamnya. Kolaborasi antara karakter fisik dan legenda-legenda tokoh mencirikan Gua Lawa sebagai lokasi yang universal antara perilaku alam dan budaya. Bentuk-bentuk batuan dan ruang di dalam Gua Lawa menceritakan gambaran tokoh dan imajinasi mistis. Semua bagian tersebut mempunyai kisah legenda tersendiri. Memang kadang sulit untuk mengkaitkan kronologi budaya dalam legenda tersebut, tetapi bagaimanapun legenda sudah menunjukkan bahwa Gua Lawa sebagai warisan alam sudah mendapat perhatian dan sentuhan dari manusia. Seperti terdapatnya Gua Dada Lawa, yang sangat mirip dengan dada kelelawar (tubuh bagian ventral) yang sedang membentangkan sayapnya. Ditempat ini dulu merupakan tempat sarang kelelawar, bagaimana ilmu pengetahuan menguraikan antara karakter fisik batuan dengan karakter ekosistem di dalam Gua Dada Lawa ini? Apakah memang ada keterkaitan antara habitat kelelawar dengan fenomena fisik batuan lava yang mirip dada lawa? Cerita yang lain seperti adanya Gua Ratu Ayu, konon kabarnya didalam Gua itu ada dua orang wanita cantik yang bernama Endang Murdaningsih dan Endang Murdaningrum. Kedua puteri cantik itu mempunyai tiga ekor binatang kesayangan, berupa tiga ekor harimau. Kemudian di ruangan lain terdapat Sendang Derajat yang dikisahkan dapat menyebabkan awet muda bagi yang membasuh muka dengan air sendang tersebut. Kemudian ditempat lain ada batu keris dan Gua Pertapaan yang digunakan untuk bersemedi bagi yang ingin mendapat kekuatan. Setelah itu terdapat Gua Langgar yang didalamnya ada tempat pengimaman yang menghadap ke arah Kiblat. Gua ini dikisahkan sebagai tempat bersembahyang para wali waktu penyebaran agama Islam. Di tempat lain juga terdapat Gua Cepet, yang diyakini masyarakat sebagai tempat berkumpulnya makluk halus. Gua ini konon sering menyesatkan orang sehingga sulit keluar. Demikian kisah legenda-legenda dari ruangan dan bentuk batu di Gua Lawa, kesemuanya merupakan bagian tersendiri dan tidak terkait satu dengan yang lainnya. Tetapi dari pengkajian geowisata, Gua Lawa adalah merupakan kolaborasi antara wisata yang mampu memiliki daya tarik keilmuan, budaya masyarakat dan keagamaan.

Gua Lorong Kereta
Gua Lorong Kereta
Gua Lorong Kereta
Gua Lorong Kereta
Gua Raksasa
Gua Raksasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun