Mohon tunggu...
Desi Triyani
Desi Triyani Mohon Tunggu... Teacher -

www.destinyour.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Negara Kelima #Part 2

3 November 2011   08:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 25-26 Desember 1948 rombongan berada di Bankinang. Belanda terus memburu hingga, posisi PDRI terdeteksi. 29 Desember 1948 perjalanan dilanjutkan menuju Teluk Kuantan. Tetapi Belanda masih terus mengikuti. Pesawat cocor merah menghujaninya dengan tembakan. 5 Januari 1949 rombongan meninggalkan Teluk Kuantan menuju Kiliran Jawo, daerah bagian Tengah Selatan Minangkabau, tepatnya Darmasraya. 7 Januari 1949 rombongan Syafrudin berkumpul di daerah Abai Sangir. Kemudian dibagi-bagi lagi. Sebagian kembali ke daerah Payakumbuh untuk memantau situasi, sebagian lagi melanjutkan perjalanan menuju daerah yang selanjutnya menjadi pemberhentian terakhir. Daerah yang diperkirakan akan sulit dijangkau oleh Belanda. Daerah yang penduduknya bisa dipercaya untuk menegakkan PDRI, Bidar Alam.

Syarifudin menegakkan merah putih di belantara Sumatera sementara Sudirman mengibarkan merah putih di perbukitan Jawa. Sejak pemimpin Republik ditawan di Bangka membuka runding dengan Belanda, peran PDRI terhapuskan. Pemimpin-pemimpin sipil yang tadi menolak grilya bersama Jenderal Sudirman itu tiba-tiba kembali muncul sebagai pahlawan dalam perundingan. Mereka dipuja tetapi pertaruhan nyawa di belantara Sumatera untuk menegakkan negara terlupa.

Sebelum saya membaca buku ini, belasan tahun yang lalu, saat guru saya menceritakan perjuangan Pak Syarif mendirikan PDRI, saya sudah menjadi salah satu pengagum beratnya. Entah mengapa.

Krakatau Purba, Pusat Dunia Lama yang Bernama Atlantis Krakatau adalah puncak Atlas, puncak tertinggi pada masa Atlantis. Deretan pegunungan dari Sumatera berujung pada Krakatau yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Dari Aceh hingga Nusa Tenggara yang dulunya adalah satu Benua Lemuria berderet gunung-gunung dari Leuser di Aceh hingga Rinjani di Nusa Tenggara.

Bencana itu dimulai dengan meletusnya Krakatau Purba yang terletak di imperium Atlantis. Letusan itu menyebabkan terjadinya gempa vulkanik. Gempa vulkanik yang besar akan menimbulkan gelombang Tsunami yang tinggi. Inilah banjir yang disebut-sebut oleh Plato yang telah menenggelamkan Atlantis dan orang-orang di dalamnya. Sedangkan debu dan partikel-partikel akibat letusan dari Krakatau yang sangat besar dan tinggi melingkupi atmosfer bumi. Menghambat cahaya matahari untuk terpantul ke bumi. Terjadilah efek rumah kaca akibat debu dan partikel yang mengurung bumi. Es mulai mencair, menggenangi dan menenggelamkan Benua Lemuria. Sisa letusan meninggalkan kaldera besar, sekarang dikenal sebagai Selat Sunda. Bagian-bagian tinggi dari Benua Lemuria yang tersisa adalah Nusantara yang dikenal sebagai kepulauan Indonesia.

Tiba-tiba, saya jadi teringat dengan Artikel Ekspedisi Cincin Api di Kompas tentang Toba Mengubah Dunia. Ceritanya hampir mirip, bahkan meletusnya Gunung Toba tersebut menciptakan penurunan suhu bumi diduga 5° sampai 10° Celsius dan mengakibatkan migrasi besar-besaran manusia purba. Abu tektonik Gunung Toba pun ditemukan sampai hingga India. Pertanyaannya, apakah kejadian ini terjadi di masa yang sama? Ahh…, saya sangat lemah untuk mengingat tahun. Jika terjadi di masa yang berbeda, betapa dahsyatnya Nusantara. Waah, serunya belajar SEJARAH daripada belajar ACCOUNTING! Hehe.

Merah Putih Telah Berkibar 6.000 Tahun Silam Saya baru tahu lho, kalau merah putih bukan milik Indonesia tetapi Nusantara, hehe. Warna itu sudah ada sejak ribuan tahun silam. Berdasarkan dongeng Muhammad Yamin, merah putih berkibar 6.000 tahun silam. Katanya, Kediri pun menggunakan symbol merah putih ketika menyerang Singasari yang sekarat.


Well, itu point yang terlintas di benak saya, ketika membaca buku ini. Terlepas benar atau tidaknya, saya berasumsi bahwa setiap penulis pastinya sudah melakukan riset terlebih dahulu sebelum menorehkan sebuah karya, minimal ada data. Masalah benar atau tidaknya, ada presepsi atau dugaan lain, jelas bukan saya AHLInya. Haha. Lantas, apa hubungan keseluruhnya, dengan Negara Kelima? Nah, silahkan baca bukunya. Selamat membaca.


Notes. Mungkin buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found karangan Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D, bisa menjadi rujukan. Tapi sepertinya anda pasti sudah pernah membacanya -kalau saya, belum- telat banget ya! Padahal, terjual paling laris sejak pertama diterbitkan tanggal 10 agustus 2005. Di Amazon dijual seharga $22.99, ada mau yang lebih murah silahkan klik info di sini Atlantis, The Lost Continent Finally Found.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun