Mohon tunggu...
Desi Triyani
Desi Triyani Mohon Tunggu... Teacher -

www.destinyour.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Resensi Negara Kelima #Part 2

3 November 2011   08:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raja Kedua Majapahit Berdarah Minang Pada 1275 M Raja Singasari, Kertanegara, mengirimkan tentaranya ke Melayu, yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu. Tentara itu dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bukan penaklukan, tapi persahabatan Singasari dengan Melayu untuk membendung ekspansi Khubilai Khan. Kertanegara mengirimkan arca Budha Amoghapasalokeswara bersama empat belas orang pengiringnya ke Melayu pada 1286 Masehi. Arca itu ditempatkan di Darmasraya. Melayu lama telah digantikan oleh Darmasraya. Kelak, arca ini ditemukan di Sungai Lansek, Kabupaten Darmasraya, Sumatera Barat.

Raja yang memerintah Darmasraya waktu itu adalah Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Rombongan pasukan Singasari berdiam di Darmasraya kurang lebih 20 tahun, 1275 - 1294 M (lama bener!). Rombongan pun kembali ke Singasari, yang sudah berganti menjadi Majapahit. Rombongan itu membawa puteri hasil perkawinan Mauliwarmadewa dengan Reno Mandi, yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahi oleh Raden Wijaya (Kertajasa), lalu menjadi permaisuri. Sedangkan Dara Jingga dinikahi Tuan Janaka, petinggi istana di Majapahit. Konon, kedua puteri tersebut dibawa sebagai upeti.

Anak dari perkawinan Dara Petak (Sri Parameswari Dyah dewi Tribhuawaneswari) dengan Kertajasa bernama Kalagamet (Jayanegara). Dalam kitab Pararaton disebutkan adanya 9 gejolak pemberontakan yang berhubungan Jayanegara, baik pada masa Kertajasa maupun Jayanegara. Semua pemberontakan itu dilandasi satu kesamaan, yaitu semangat anti asing. Jayanegara adalah raja yang beribukan orang asing, yaitu seorang puteri Darmasraya.

Gajah Mada menyelamatkan Jayanegara dari pemberontakan. Singkat cerita, akhirnya Jayanegara pun terbunuh. Dalam kitab Pararaton disebutkan pembunuhnya adalah Tanca, seorang tabib kerajaan yang sebelumnya di suruh oleh Gajah Mada memotong bengkak raja. Tetapi ia malah menikam raja, sehingga ia pun kembali dibunuh oleh Gajah Mada. Tapi menurut sumber Pamancangah yang berasal dari Bali, Tanca disuruh oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanegara (menurut anda mana yang benar?)

Pertanyaanya untuk apa Gajah Mada membunuh Jayanegara? Anda akan mendapatkan jawabannya di Negara Kelima. Terlepas data sejarah itu benar atau tidak. Tapi sangat menarik bagi saya!

Selain Jayanegara, ada pula anak dari perkawinan Dara Jingga dengan Tuan Janaka, yang bernama Adityawarman. Namanya ikut diabadikan di Candi jago. Pada 1374, ia pergi ke Darmasraya. Ini nanti yang akan mengubah struktur masyarakat Minangkabau, seperti yang sudah ada di review sebelumnya.

Majapahit, dengan politik integrasi wilayah Gajah Mada-nya, praktis mengalami masa kemunduran menuju kehancuran setelah kematian Gaja Mada, berbeda dengan Kerajaan Minangkabau dengan orientasi ke dalam dan otonomi nagarinya bisa bertahan hingga abad ke-19.

Perang Paregreg, 1401 hingga 1406 M adalah perang saudara untuk memperebutkan secuil kekuasaan yang telah menghancurkan Majapahit. Jadi Majapahit runtuh karena perang saudara. Bukan karena masuknya Islam.

PDRI, Sejarah yang Terlupakan. Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 6 pagi Belanda telah mulai seranganya atas ibukota Yogyakarta. Disebutkan, jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi, presiden menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera.

Ternyata, kawat Hatta pada 19 Desember kepada Syafruddin yang tengah berada di Bukittinggi tidak pernah sampai. Surat itu dikirim beberapa saat sebelum ia dan Soekarno ditangkap Belanda. Hanya naluri para pemimpin yang tengah berada di Bukittinggi yang bisa menyelamatkan republik ini. Sebagaimana Yogyakarta, Bukittinggi adalah pusat komando dan kekuatan politik Sumatera juga digempur oleh Belanda pada 19 Desember 1948 bersamaan dengan pendudukan Yogya oleh Belanda. Kolonel Hidayat, Komando Teritorium Sumatera, Teuku Mohamad Hasan, Gubernur Sumater Barat dan Syarifudin Prawiranegara mengikuti naluri mereka yang berpikir bahwa pemerintahan di Yogya telah lumpuh, berembuk dan memutuskan untuk membentuk pemerintahan darurat. Tempatnya pada sebuah rumah kecil di tepi Ngarai Sianok (keren ya!).

22 Desember 1948 adalah tanggal dibentuknya PDRI di Halaban. PDRI adalah pemerintahan tanpa ibukota. Kalaupun ada, ibukotanya adalah hutan belantara yang berpindah-pindah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun