Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ngapain Urus yang Mati? Memang Kurang Kerjaan?

14 Agustus 2015   19:55 Diperbarui: 14 Agustus 2015   19:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang paling mungkin yang terutama menshalatkan kita adalah orang tua kita, anak-anak kita, pasangan kita dan atau saudara kita.

Saat ini kita dalam posisi apa? Menjadi orang tuakah, menjadi anak, menjadi suami/istri, atau menjadi saudara? Apapun posisinya: sudahkah kita belajar shalat jenazah?

Mungkin di antara kita sudah rutin dan hapal shalat fardhu, bahkan shalat sunnah tak ditinggalkan, namun untuk shalat jenazah bisakah kita melakukannya dengan baik dan benar?

Ngerikah jika kita belajar shalat jenazah? Banyak pertanyaan jika kita tiba-tiba belajar shalat jenazah, atau menyuruh anak kita belajar shalat jenazah. Kok, belajar shalat jenazah sich, apakah ada yang mau mati? Kok, shalat jenazah? Apa tidak ada shalat yang lain? Shalat jenazah? Khan ada yang ngurus jenazah di RT kita?

Jadi, shalat jenazah begitu menimbulkan banyak pertanyaan jika kita atau yang lain belajar melakukannya dengan baik.

Betul memang. Ya karena itu tadi, kita jarang mengingat kematian, karena kita asyik sekali mengerjakan pekerjaan kita. Mengurusi dunia.

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia.
**) Intisari khutbah Jumat siang hari tadi sebuah masjid di Sangatta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun