Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[ANALISIS BERITA] Di Balik Kecaman Sekjen PBB pada Jokowi Soal Eksekusi Mati

28 April 2015   20:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:35 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta-fakta tersebut dan pertanyaan yang ada pada benak ini menuntun saya untuk melakukan penelisikan dan penelusuran "track records" dari Ban sebagai Sekjen PBB pada berbagai "sumber berita yang dekat dan dipercaya" di lingkungan kantornya. Tentu saja, saya tidak langsung bertanya kepada sumber itu, "apakah Abbot dan Hollande menyuap Ban untuk mengecam keputusan tegas Jokowi, sehingga Jokowi membatalkan eksekusi mati Bali Nine dan terpidana mati lainnya?" Pasti sumber itu akan melototkan matanya mendengar pertanyaan saya seraya bertanya, "Siape loe?". Atau, ia malah diam dan meninggalkan saya begitu saja atau langsung menutup telepon, jika lewat telepon.

Singkatnya, sumber saya yang bekerja di lingkungan kantor Ban di New York, sebut saja Josh. Ia menyebut bahwa Ban sebagai seorang yang bersedia melakukan "backroom deals" ("main belakang" padanan bahasa Indonesianya). Tak hanya itu, ia menyebut juga bahwa Ban bukan tipe orang yang transparan. Nah..!!

Pernyataan itu didukung oleh fakta lain dari jurnalis media mainstream the Guardian Ewen MacAskill juga dari New York yang menyebut ada bocoran memo setebal 50 halaman dari staf senior "inner circle" PBB yang menilai tata kelola Ban selama jadi Sekjen PBB sebagai "deplorable" (tercela, menyedihkan). Lengkapnya sebagai berikut:

"The disquiet about Ban became public this week in a leaked 50-page internal memo sent to him from one of his inner circle, under-secretary general Inga-Britt Ahlenius, before she left office. "I regret to say that the secretariat is now in a process of decay. It is not only falling apart … it is drifting into irrelevance," wrote the Swede, who was in charge of financial oversight of the UN. She described Ban's failure to fill key posts and other decisions as "deplorable" and "seriously embarrassing for yourself".

........... Even staff loyal to Ban in public will admit in private that, though a nice, affable and hardworking secretary general, he has struggled to make an impact in international affairs and that the organisation has been seriously weakened."

Hadewww....!! Bagaimana ini? Kenapa Ban bisa terpilih menjadi Sekjen PBB? Baca dengan baik rilis berita the Guardian berikut.

"Ban was appointed to the job mainly because it was Asia's turn, under an unofficial rotation system, and partly because the Bush administration wanted someone less outspoken than Annan."

Rilis berita itu mengungkap bahwa pemilihan Ban sebagai Sekjen PBB karena memang giliran bangsa Asia untuk mengisi jabatan itu di bawah sistem rotasi yang tak resmi dan karena Pemerintah Bush menginginkan orang yang tak pandai bicara dibanding pendahulunya (Kofi Annan).

Lho, tapi Ban dipilih lagi untuk yang kedua kali menjadi Sekjen PBB? Kalau tidak berprestasi, lantas lalu kenapa ia terpilih lagi? Juga, Pemerintah AS bukan di bawah Bush lagi, tapi di tangan Obama. Simak apa yang ditulis oleh the Guardian kenapa ia bisa terpilih lagi menduduki jabatan Sekjen PBB.

"Ban is up for re-election next year by the UN general assembly and, with the backing of China and probably the US, he will almost certainly secure a second five-term term, taking him up to the end of 2016.

The Obama administration, unlike the Bush administration, might prefer a bigger presence at the top of the UN than Ban but is unlikely to block a second term, not wanting to offend South Korea, where he is a hero."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun