[caption id="attachment_327855" align="aligncenter" width="596" caption="Situs itu"][/caption]
PENGANTAR
Tulisan ini merupakan hasil penelusuran penulis yang bersumber dari berbagai pemberitaan tentang Yakuza terutama Yamaguchi-gumi di Jepang sejak tahun 2013 sampai sekarang sebagai tambahan informasi atas pemberitaan tentang Yamaguchi-gumi di tempo.co Kamis 5 Juni 2014 yang terasa minim dan kurang lengkap. Jadi tulisan ini bukan merupakan pembelaan penulis atas aktivitas Yamaguchi-gumi, tapi lebih pada menjelaskan bagaimana public relation dilakukan oleh organisasi mafia itu untuk mengubah citranya, sehingga dengan mengetahui itu secara lebih lengkap menjadikan kita lebih berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kamuflase pencitraan mereka. Selamat menikmati.
YAKUZA?
Organisasi mafia atau yang dikenal dengan Yakuza di Jepang sudah ada sejak zaman Tokugawa atau zaman Edo, pada 1603–1868 di masa Shogun. Pada era itu, ada 500 ribu samurai menganggur (ada yang menjadi pedagang dan ronin atau tunawisma). Sedangkan sisanya menjadi penjudi, pencuri, dan kriminal untuk mendukung kehidupan.
Di Jepang kelompok Yakuza didirikan oleh tiga keluarga utama, yakni Sumiyoshi-kai, Inagawa-kai, dan Yamaguchi-gumi. Pada umumnya mereka memiliki ciri khas tato yang terpasang di area punggungnya. Tato ini dibuat dengan metode tradisional dengan tinta dan jarum bambu. Meski merupakan kelompok kejahatan, Yakuza memiliki kode kehormatan yang harus dipatuhi seluruh anggotanya. Jika mereka bersalah terhadap organisasinya, anggota tersebut harus memutuskan jari kelingkingnya di hadapan pemimpin sebagai bentuk penyesalan dan permintaan maaf. Selengkapnya disini.
[caption id="attachment_327856" align="aligncenter" width="560" caption="Mantan Yakuza, Perhatikan Kelingking yang Terpotong dan Tatto"]
Sebagai sebuah organisasi mafia, Yakuza menguasai bisnis prostitusi, judi, narkoba, senjata, pemerasan dengan dalih keamanan, rentenir bunga tinggi dan pencucian uang serta tentu saja trafficking. Belakangan, Yakuza juga mulai merambah dunia perbankan. Namun, karena hasil investasi yang buruk, Yakuza membunuh beberapa manajer bank sebagai bentuk pembalasan atas kehilangan uang besar mereka.
YAMAGUCHI-GUMI
Pada hari Kamis 5 Juni 2014 yang lalu tempo.co menurunkan berita tentang sebuah organisasi mafia Yakuza yang terkenal di Jepang yaitu Yamaguchi-gumi. Yamaguchi-gumi dibentuk oleh Harukichi Yamaguchi sebelum Perang Dunia II. Saat ini Yamaguchi-gumi adalah Yakuza yang terbesar di Jepang dan berpusat di Kota Kobe. Pada 2007, Yamaguchi-gumi memiliki 20.400 anggota aktif dan 16.600 anggota terkait. Dilaporkan saat ini jumlahnya telah mencapai lebih dari 86,300 anggota Yakuza dengan 1 orang kumicho (pemimpin), 15 shatei (adik), dan 86 wakachu (anak).
Dua bulan sebelumnya BBC News pada Kamis, 3 April 2014 menulis bahwa Kelompok Yakuza terbesar ini dipimpin oleh Kenichi Shinoda, yang bebas dari penjara pada 9 April 2011 karena membunuh saingannya dalam duel samurai.
[caption id="attachment_327857" align="aligncenter" width="581" caption="Logo Yamaguchi-gumi"]
PELUNCURAN SITUS MILIK YAMAGUCHI-GUMI (Situs disini)
Sehari sebelumnya, Rabu 2 April 2014 the Guardian juga menurunkan berita tentang Yamaguchi-gumi yang tampil lebih terbuka dengan meluncurkan situs sendiri, lengkap dengan lagu mars perusahaan dan pesan anti-narkoba, peluncuran ini seolah ingin mengembalikan citra mafia yang terlanjur melemah di mata publik, keanggotaan yang terus menurun dan akibat tindakan keras polisi.
RT.com menyebut pada halaman pertama dari situs web tersebut, pengunjung disambut dengan tanda bertuliskan "Usir Narkoba dan Murnikan Liga Bangsa." Suatu pesan yang jauh dari kesan sebuah organisasi Yakuza terbesar di Jepang, Yamaguchi-gumi, suatu organisasi yang berperan serta dalam pendistribusian narkoba dan melakukan kejahatan kerah putih.
Di bagian kanan atas dari situs web itu terdapat sebuah video yang menggambarkan ziarah ke tempat suci oleh anggota level atas, termasuk kepala Shinobu Tsukasa a.k.a. Kenichi Shinoda. Rekaman itu disertai dengan tema lagu mars bergaya folk, yang disebut Ninkyo Hitosuji, lagu mars yang merayakan kedewasaan dan kehidupan anggota Yakuza tersebut. Cita-cita kedewasaan ini telah dimuliakan oleh orang Jepang Ninkyo eiga, atau semacam 'film Chivalry,' yang menggambarkan kemuliaan seorang Yakuza.
Halaman situs tersebut juga memiliki bagian yang menggambarkan sekilas kehidupan sehari-hari dari kelompok tersebut yaitu berupa sebuah video yang menunjukkan anggotanya menumbuk padi ketan untuk festival tahun baru dan foto dari bantuan darurat yang disediakan oleh Yamaguchi-gumi setelah gempa bumi Kobe tahun 1993 dan Tohoku tahun 2011.
ANALISIS PARA AHLI TERKAIT PELUNCURAN SITUS ITU
Selanjutnya RT.com mengungkap analisis Jake Adelstein, seorang jurnalis dan penulis yang telah banyak menulis tentang kejahatan terorganisir di Jepang yang juga penulis sebuah buku yang akan terbit yang berjudul The Last Yakuza: A Life In The Underworld bahwa, "Situs ini tidak memiliki konteks atau menyebut secara jelas kejahatan dimana mereka terlibat atau dengan industri yang mereka kontrol. Itu bukan tujuan dari situs tersebut. Tujuan utama situs ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yamaguchi-gumi sebenarnya adalah sebuah organisasi kemanusiaan. "Dengan menghadirkan tema anti-narkoba, (Yamaguchi-gumi) itu menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan sosial (dan) itu menunjukkan gambar dari kelompok yang melakukan bantuan darurat setelah [Fukushima] dan gempa bumi Kobe," demikian analisis lebih lanjut Jake Adelstein
Senada dengan Jake, para ahli lain menganalisis bahwa kelompok itu telah menciptakan situs dalam upaya untuk mengubah citra dari "kekuatan-kekuatan anti-sosial," seperti yang selama ini dicap oleh polisi, menjadi sebagai organisasi kemanusiaan. Lebih lanjut para ahli tersebut menganggap bahwa peluncuran situs itu sebagai pengingat masa lampau dimana kampanye anti-narkoba pertama kali diluncurkan pada tahun 1963 oleh mantan oyabun (figur ayah) dari Yamaguchi-gumi yaitu Kazuo Taoka yang dikabarkan memiliki pendapat yang tegas tentang penggunaan narkoba, menurut surat kabar Mai-nichi. Kampanye ini "didedikasikan untuk pemberantasan penyalahgunaan amfetamin."
Stimulan berbasis amfetamin masuk ke pasar Jepang pada tahun 1931 dan diaplikasikan untuk meningkatkan tekanan darah rendah yang bisa memotivasi pilot kamikaze. Pada akhir Perang Dunia II, obat yang populer dalam memerangi kelelahan dan kelaparan. Sayangnya pecandu menjadi sulit untuk mengontrol diri sehingga mereka melakukan sejumlah kejahatan mengerikan.
PANDANGAN PENDAHULU YAMAGUCHI-GUMI TERHADAP NARKOBA
Mai-nichi menjelaskan sikap tegas Taoka terhadap obat dengan mengatakan bahwa "setelah perang, banyak anggota (Yamaguchi-gumi) mulai mengkonsumsi narkotika dan sekitar sepuluh eselon atas (Taoka) menjadi pecandu narkotika."
Oyabun saat ini, Shinobu Tsukasa dikabarkan memegang erat pandangan pendahulunya. Dengan demikian, situs itu mungkin telah diluncurkan untuk mengingatkan anggota Yamaguchi-gumi untuk menjaga perilaku diri mereka sendiri terhadap bahaya narkoba.
Penggunaan narkoba amat disukai di kalangan Yakuza, namun hal ini dianggap sebagai kejahatan yang jauh lebih buruk dari prostitusi, perjudian, atau pemerasan. Organisasi mafia ini percaya bahwa menggunakan obat-obatan terlarang "menciptakan sebuah negara lemah" dan bertentangan dengan sifat kemuliaan seorang Yakuza.
[caption id="attachment_327860" align="aligncenter" width="552" caption="Kenichi Shinoda Pemimpin Yamaguchi-gumi"]
Setahun sebelumnya, the Malaysianinsider.com pada Rabu, 10 Juli 2013 mengutip laporan harian Sankei Shimbun bahwa kelompok Yakuza tersebut menerbitkan buletin internal setebal delapan halaman yang dibagikan kepada 27.700 anggota di seluruh negeri dalam upaya untuk memperkuat persatuan dalam kelompok. Edisi pertama buletin Yamaguchi-gumi Shinpo menampilkan Kenichi Shinoda, pemimpin kelompok sebagai cover. Yang unik, meski menjadi mafia nomor satu di Negeri Sakura, isi buletin internal ini tak bersinggungan sama sekali dengan urusan kekerasan. Bahkan edisi perdana buletin yang bukan untuk publik itu memuat halaman khusus puisi tradisional Jepang serta halaman catatan harian para anggota senior tentang kegiatan mereka, memancing.
AWAS INVASI YAKUZA DI INDONESIA..!!
Yakuza Jepang dianggap sebagai salah satu organisasi mafia yang paling ditakuti di dunia, serta salah satunya yang terkaya. Anggota Yakuza tidak menghindar dari publik, memiliki gedung perkantoran, kartu nama, dan bahkan majalah untuk anggota.
Dari tahun 1992 sampai 2010, jumlah anggota Yakuza dan rekan tetap stabil di angka sekitar 80.000 menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang. Namun, sebagai akibat dari tindakan keras aparat keamanan dan pengetatan hukum, anggota organisasi mafia ini menurun drastis. Jumlah anggota jatuh ke titik terendah sepanjang waktu tahun 2013 yaitu di bawah angka 60.000-anggota untuk pertama kalinya demikian menurut catatan polisi.
Yamaguchi-gumi, yang berbasis di kota Kobe sebelah barat, Jepang sempat terpukul tahun lalu. Setelah selama beberapa dekade menjadi sindikat terbesar, tetapi menurut badan kepolisian Jepang, kehilangan 2.000 anggota dari tahun sebelumnya, dengan 25.700 anggota tahun 2013.
Kepolisian mengatakan mereka mencurigai peluncuran situs itu mungkin sinyal awal bahwa kelompok ini memperluas operasinya.
[caption id="attachment_327867" align="aligncenter" width="588" caption="Anggota Yakuza"]
Tempo.co melaporkan pada Senin, 15 Juli 2013 bahwa sindikat terorganisasi, Yakuza, di Jepang mulai mencari peruntungan ke Indonesia. Ciri-cirinya, pencucian uang, perusahaan fiktif, dan main pasar modal. Mengkhawatirkan?
Richard Susilo, 52 tahun, wartawan Indonesia yang menetap di Jepang sejak 1983 dan meneliti kehidupan Yakuza selama 20 tahun, mengungkapkan kisahnya dalam buku Yakuza Indonesia. Buku ini diluncurkan pada 14 Juli 2013 di toko buku Gramedia, Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan.
Salah satu sumber Richard, Miyazaki juga putra petinggi Yakuza yang memberi tahu Richard bahwa Yakuza sudah sejak lama masuk ke Indonesia untuk mencari satu tujuan, mencari uang sebanyak mungkin. "Bahkan akan jauh lebih banyak masuk ke Indonesia karena perekonomian sangat baik, pengusaha Jepang semakin banyak berinvestasi,” kata Richard.
Nantinya, Yakuza akan mencari selamat dengan mendekati pihak aparat sebagai backing dan menghindari pertengkaran dengan preman lokal. Invasi Yakuza ke Indonesia (juga ke Thailand dan Filipina) ini disebabkan posisi mereka di Jepang terjepit dengan adanya Undang-Undang Anti-Yakuza yang diberlakukan, sehingga mencari uang di Jepang sangat sulit.
Di Indonesia, Yakuza banyak datang ke Kalimantan untuk bisnis kayu dan tambang, seperti minyak dan batu bara. Juga bisnis energi (listrik dan batu bara) yang melibatkan modal dan uang besar. Di negeri bersangkutan, Yakuza akan mendekati perusahaan Jepang yang menjadi target mangsa bila mendapatkan ancaman dari preman setempat.
Menurut penelitian Richard, kebanyakan Yakuza Jepang di Indonesia melakukan praktek pencucian uang (money laundering) dan mendekati petinggi negara, seperti militer, polisi, dan parlemen. Dari data yang dia peroleh, sekitar Rp 2 triliun milik Yakuza sudah masuk ke Indonesia melalui metode pencucian uang. Sumber disini.
-------mw-------
*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H