Berbicara dalam sebuah wawancara dalam Program Nachtjournal di TV RTL setelah ia kembali ke Jerman pekan lalu, Todenhöfer berkisah bawha ISIS telah bekerja keras untuk membangun dirinya menjadi negara yang berfungsi. Dia mengatakan ISIS memiliki "kesejahteraan sosial", suatu "sistem sekolah", dan bahkan mengejutkan Todenhoefer, bahwa ISIS memiliki rencana untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak perempuan.
Dari semuanya itu, ungkap Todenhoefer, setiap pejuang ISIS ingin membunuh semua orang yang beriman dan murtad dan yang memperbudak perempuan dan anak-anak mereka. Semua Syiah, Yazidi, Hindu, ateis dan musyrik harus dibunuh," tulis Todenhöfer. "Bisa jadi ratusan juta orang harus dilenyapkan dalam proses "pembersihan" agama ini.
"Semua Muslim moderat yang mempromosikan demokrasi, harus dibunuh dengan alasan, dari perspektif IS, mereka mempromosikan hukum manusia atas hukum-hukum Allah, hal yang sama juga berlaku untuk -...setelah penaklukan berhasil - umat Islam yang secara demokratis berkiblat pada dunia Barat.
Dia mengatakan pandangan itu ditanamkan dalam benak mereka dan ISIS berkeinginan "menaklukkan dunia" dan semua orang yang tidak percaya pada penafsiran Al-Quran versi ISIS akan dibunuh. "Satu-satunya" agama lain yang dikecualikan, Todenhöfer mengatakan, adalah "orang-orang dari Buku itu" - yaitu Yahudi dan Kristen, tapi mereka harus membayar pajak perlindungan senilai beberapa ribu dolar per tahun.
"Ini adalah strategi pembersihan agama terbesar yang pernah direncanakan dalam sejarah manusia", katanya kepada RTL.
Akun-akun media sosial yang berafiliasi pada ISIS mulai menanggapi laporan Todenhoufer itu, akun-akun itu mendukung komentar postingannya tentang teritorial mereka yang telah berubah menjadi masyarakat yang telah berfungsi.
Todenhoufer berencana untuk membukukan pengalaman langsungnya bersama ISIS itu. Ia mengatakan di Facebook bahwa ia selalu "berbicara dengan kedua belah pihak" selama 50 tahun pengalamannya menulis berita dari zona perang, termasuk wawancara dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan al-Qaeda, dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan dengan para pemimpin Taliban.