Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

WN Australia Kritik Pedas Seruan Menlu Bishop #BoycottBali

21 Februari 2015   15:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:46 2260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_369937" align="aligncenter" width="545" caption="Menlu Australia Julie Bishop: #BoycottBali"][/caption]

Sumber Gambar

Gempita soal eksekusi mati duo Bali Nine bergaung kemana-mana. Pro-kontra eksekusi itu ramai tak hanya di Indonesia dan Australia, badan dunia PBB pun ikut campur. Sekaligus, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Juru Bicara Stephane Dujarric yang terprovokasi akal bulus Abbott, akhirnya mengeluarkan desakan resmi kepada Indonesia untuk membatalkan eksekusi itu. Selengkapnya silakan baca [Laporan Eksklusif] Dusta Tony Abbott pada PBB: Soal Intervensi Hukuman Mati di Indonesia. Australia pun membawa urusan pelanggaran hukum Indonesia oleh warganya itu ke ranah politik dengan ancaman boikot wisata ke Bali, jika eksekusi itu tetap dijalankan Pemerintah Indonesia. Ancaman boikot itu sempat masuk jajaran atas trending topic twitter dengan tagar #BoycottBali. Walaupun terdengar Jaksa Agung mengumumkan ada dua kali penundaan atas eksekusi itu, Indonesia bergeming dan tetap akan melaksanakan eksekusi mati itu, selain menanggapi dingin ancaman boikot itu.

Warga negara Australia sendiri terpecah soal eksekusi mati duo Bali Nine tersebut. Jajak pendapat pada 23 - 27 Januari 2015 oleh Roy Morgan Research mengunggulkan dukungan atas eksekusi mati itu dengan prosentase 52%, lebih tinggi dibanding yang menolak 48%. Tak dijelaskan alasan eksekusi dua Bali Nine itu unggul, tapi alasan yang mengemuka dari perdebatan di media sosial, menghormati hukum yang berlaku di Indonesia adalah alasan yang bisa dkemukakan. Adapun penolakan atas eksekusi mati itu lebih pada isu hak asasi manusia.

Bahkan seorang pengacara Bob Myers justru menuding dan menyalahkan intelejen AFP (Australia Federal Police) yang bekerjasama dengan pihak penegak hukum di Indonesia dalam informasi kedatangan Bali Nine saat itu, sehingga akhirnya tertangkap dan dua diantaranya menghadapi regu tembak saat ini. Yang disesalkan pada saat itu salah satu anggota Bali Nine oleh AFP diberi informasi yg sesat oleh AFP bahwa di Indonesia tidak akan terjadi apa-apa soal penyelundupan heroin itu.

Gegap gempita pro-kontra di dalam negeri Australia sendiri tak hanya soal eksekusi mati, namun soal boikot wisata ke Bali. Boikot Bali (#BoycottBali) ini diserukan oleh Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop kepada warga negara Australia jika eksekusi mati pada gembong narkoba Andrew Chan dan Myuran Sukumaran itu dilaksanakan. Boikot itu mendapat tentangan yang cukup sengit dari warganya sendiri.

[caption id="attachment_369938" align="aligncenter" width="341" caption="Gabrielle Jackson: Kenapa hanya #BoycottBali?"]

1424479784168424181
1424479784168424181
[/caption]

Sumber Gambar

Suara tentangan yang cukup pedas dilontarkan oleh seorang jurnalis wanita warga Australia bernama Gabrielle Jackson. Ia menulis uneg-unegnya di media daring the Guardian soal #BoycottBali itu yang menurutnya adalah diskriminasi Pemerintahnya. Ia mempertanyakan Pemerintahnya mengapa tidak sekalian memboikot ke China, Amerika Serikat, Singapore dan Turki.

If we’re being asked to boycott countries that support the death penalty, will we be asked to boycott China? Or the US? If we want to get down to a state-by-state basis, how about just boycotting Texas, which has executed 74 people since 2010? The hugely popular SXSW Interactive festival is being held there next month. Should every prospective participant who disagrees with the death penalty be morally obliged to boycott it?

Or if it’s only countries that execute Australians we’re interested in, how about Singapore? Or as a reporter, should I boycott Turkey, which has more journalists imprisoned than any other nation?

(Jika kita diminta untuk memboikot negara-negara yang mendukung hukuman mati, akankah kita diminta memboikot China? atau Amerika Serikat? Jika kita ingin melakukannya bedasarkan kota, bagaimana kalau sekaligus kita memboikot Texas, yang telah meneksekusi 74 orang sejak 2010? Bulan depan festival besar dan populer SXSW Interaxtive akan diselenggarakan disana. Seharusnya setiap yang berpartisipasi menentang hukuman mati secara moral berkewajiban memboikotnya?

Atau jika hanya negara-negara yang mengeksekusi warga Australia kita tertarik (melakukan boikot), bagaimana dengan Singapura? Atau sebagai wartawan, selayaknyakah saya memboikot Turki yang memenjarakan lebih banyak jurnalis dibanding negara lain?)

Menurut Gabrielle setiap orang bepergian disertai dengan masing-masing alasannya. Beberapa di antaranya hanya ingin berlibur di pantai dengan resor yang menyajikan makanan, bir murah dan pelayanannya yang ramah. Mereka meninggalkan rumah karena di negara yang berkembang jauh lebih murah - dengan jaminan sinar matahari.

Dengan bepergian kita tidak-bisa-tidak menyerap beberapa budaya lokal dan kembali ke rumah dengan pemahaman yang lebih dalam tentang adanya cara lain untuk hidup.

Di akhir tulisannya, ia menegaskan dan sekaligus menyatakan bahwa kebijakan pemboikotan itu suatu hal yang menyedihkan.

How can we ever truly begin to understand each other if we don’t go where we fear, or we only travel to places that have policies we like? What a sad and lonely world that would be.

(Bagaimana bisa kita akan benar-benar saling memahami satu sama lain, jika kita tidak pergi ke tempat yang kita takuti, atau jika kita hanya bepergian ke tempat dimana secara kebijakan kita sukai? Betapa menyedihkan dan sendirinya kita di dunia ini jadinya.)

Berbagai komentar tertulis masuk atas tulisan Gabrielle Jackson ini, ada yang menyanggah dan lebih dari itu mendukungnya. Beberapa di antaranya dalam screenshot di bawah ini.

14244804361643303355
14244804361643303355
1424480515924841387
1424480515924841387
142448055641772739
142448055641772739
Sumber Gambar

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia
**) Sumber bacaan
1. Why I won't be boycotting Bali – or other countries with the death penalty. 17 Februari 2015. Gabrielle Jackson. www.theguardian.com. Web. 21 Februari 2015.
2. Australians vow to #BoycottBali if Indonesia executes two citizens over drug charges. 16 Februari 2015. The Stream. www.aljazeera.com. Web. 21 Februari 2015.
3. AFP must admit to its 'big mistake' leading to Bali Nine executions, says barrister friend. 7 February 2015. Esther Han. www.smh.com.au. Web. 21 Februari 2015.
4. Bali Nine: AFP's role in case a 'gross error', should be cited when pleading for Andrew Chan and Myuran Sukumaran's lives, lawyer says. 19 Januari 2015. Peter Lloyd. www.abc.net.au. Web. 21 Februari 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun