[caption id="attachment_369937" align="aligncenter" width="545" caption="Menlu Australia Julie Bishop: #BoycottBali"][/caption]
Gempita soal eksekusi mati duo Bali Nine bergaung kemana-mana. Pro-kontra eksekusi itu ramai tak hanya di Indonesia dan Australia, badan dunia PBB pun ikut campur. Sekaligus, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Juru Bicara Stephane Dujarric yang terprovokasi akal bulus Abbott, akhirnya mengeluarkan desakan resmi kepada Indonesia untuk membatalkan eksekusi itu. Selengkapnya silakan baca [Laporan Eksklusif] Dusta Tony Abbott pada PBB: Soal Intervensi Hukuman Mati di Indonesia. Australia pun membawa urusan pelanggaran hukum Indonesia oleh warganya itu ke ranah politik dengan ancaman boikot wisata ke Bali, jika eksekusi itu tetap dijalankan Pemerintah Indonesia. Ancaman boikot itu sempat masuk jajaran atas trending topic twitter dengan tagar #BoycottBali. Walaupun terdengar Jaksa Agung mengumumkan ada dua kali penundaan atas eksekusi itu, Indonesia bergeming dan tetap akan melaksanakan eksekusi mati itu, selain menanggapi dingin ancaman boikot itu.
Warga negara Australia sendiri terpecah soal eksekusi mati duo Bali Nine tersebut. Jajak pendapat pada 23 - 27 Januari 2015 oleh Roy Morgan Research mengunggulkan dukungan atas eksekusi mati itu dengan prosentase 52%, lebih tinggi dibanding yang menolak 48%. Tak dijelaskan alasan eksekusi dua Bali Nine itu unggul, tapi alasan yang mengemuka dari perdebatan di media sosial, menghormati hukum yang berlaku di Indonesia adalah alasan yang bisa dkemukakan. Adapun penolakan atas eksekusi mati itu lebih pada isu hak asasi manusia.
Bahkan seorang pengacara Bob Myers justru menuding dan menyalahkan intelejen AFP (Australia Federal Police) yang bekerjasama dengan pihak penegak hukum di Indonesia dalam informasi kedatangan Bali Nine saat itu, sehingga akhirnya tertangkap dan dua diantaranya menghadapi regu tembak saat ini. Yang disesalkan pada saat itu salah satu anggota Bali Nine oleh AFP diberi informasi yg sesat oleh AFP bahwa di Indonesia tidak akan terjadi apa-apa soal penyelundupan heroin itu.
Gegap gempita pro-kontra di dalam negeri Australia sendiri tak hanya soal eksekusi mati, namun soal boikot wisata ke Bali. Boikot Bali (#BoycottBali) ini diserukan oleh Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop kepada warga negara Australia jika eksekusi mati pada gembong narkoba Andrew Chan dan Myuran Sukumaran itu dilaksanakan. Boikot itu mendapat tentangan yang cukup sengit dari warganya sendiri.
[caption id="attachment_369938" align="aligncenter" width="341" caption="Gabrielle Jackson: Kenapa hanya #BoycottBali?"]
Suara tentangan yang cukup pedas dilontarkan oleh seorang jurnalis wanita warga Australia bernama Gabrielle Jackson. Ia menulis uneg-unegnya di media daring the Guardian soal #BoycottBali itu yang menurutnya adalah diskriminasi Pemerintahnya. Ia mempertanyakan Pemerintahnya mengapa tidak sekalian memboikot ke China, Amerika Serikat, Singapore dan Turki.
If we’re being asked to boycott countries that support the death penalty, will we be asked to boycott China? Or the US? If we want to get down to a state-by-state basis, how about just boycotting Texas, which has executed 74 people since 2010? The hugely popular SXSW Interactive festival is being held there next month. Should every prospective participant who disagrees with the death penalty be morally obliged to boycott it?
Or if it’s only countries that execute Australians we’re interested in, how about Singapore? Or as a reporter, should I boycott Turkey, which has more journalists imprisoned than any other nation?