Salah satu foto yang baik adalah foto yang memikat secara emosional dan berdampak pada orang yang melihat foto tersebut. Keterpikatan emosi tentu pertama kali terjadi pada si fotografer.Â
Ketika melihat sesuatu, hati si fotografer tergerak lalu otaknya merespon dan memerintahkan jari menekan tombol shutter maka terjadilah sebuah peristiwa freezing the moment, penghentian waktu, pengabadian sebuah peristiwa menjadi sebuah gambar yang tak bergerak.
Saya pernah membaca sebuah buku tentang fotografi medan perang. Foto-fotonya sangat memikat emosi saya dan sang fotografer mengakui kadang dia menyembunyikan matanya  yang basah di balik kamera.
Saya membahas cara melakukan pemfokusan zona pada tulisan saya sebelumnya. Teknik ini sangat efektif karena tidak perlu mengatur fokus dan akan jauh lebih cepat dari sistem auto focus yang ada. Momen pasti akan tertangkap. Namun zone focusing perlu latihan supaya terampil.
Dalam benak dan ingatan saya, pasar adalah sebuah kemeriahan, sebuah gairah geliat ekonomi kerakyatan. Tetapi pagi itu pasar mengapa sunyi dan tanpa gairah, padahal hari itu adalah H-1 Lebaran. Pasar terasa dingin, tak ramah, dan tua.
Mungkin pasar tradisional akan surut dan hilang atau berubah rupa seiring surutnya generasi baby boomers yang lahir sekitar Perang Dunia II sampai tahun 1960-an. Mungkin, siapa yang tahu. Mungkin foto-foto jalanan di pasar tradisional ini akan turut menjadi catatan surutnya kemeriahan pasar. Mungkin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir bathin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H