Mohon tunggu...
Otniel Wijaya Napitupulu
Otniel Wijaya Napitupulu Mohon Tunggu... Guru - Guru_SMA XIN ZHONG SURABAYA

Membaca dan menulis adalah sebuah investasi di masa depan. Aku berpengetahuan karena membaca, Aku bergairah karena menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Essay Menilik Paradigma Biosentrisme pada Puisi " Di danak Na Mompas Godang" Karya Willem Iskander

6 November 2022   20:57 Diperbarui: 6 November 2022   21:07 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menilik Paradigma Biosentrisme  Pada   Puisi "Di danak Na Mompas Godang" Karya Willem Iskander

Karya sastra merupakan pengalaman yang telah diperoleh dari realitas kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran tokoh di dunia nyata dan dituangkan ke dalam  narasi. Karya sastra  itu juga merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetis sebagai media ekspresi. Karya sastra, dimanfaatkan oleh sebagian orang guna untuk mengekspresikan diri terhadap realita gejala-gejala sosial di lingkungan masyarakat.

Karya sastra dikenal dalam dua bentuk, yaitu nonfiksi dan fiksi. Contoh karya sastra nonfiksi adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra.sedangkan  Jenis karya sastra fiksi adalah prosa, drama dan puisi. Puisi adalah salah satu bentuk sastra yang menjadi media bagi penyair untuk mengungkapkan imajinasi atau gagasan dari satu tema. 

Di dalam bentuk karya sastra yang baik, akan ditemui unsur-unsur pengetahuan lain atau interdisiplin ilmu, seperti sains, filsafat, sosial, hukum, psikologi, ekologi, dan lain sebagainya. Seperti yang dikemukakan oleh Semi (1988:19) bahwa karya sastra banyak terkait dengan bidang ilmu pengetahuan yang lain.

Ekokritik berasal dari Bahasa Inggris yakni ecocriticism yang terbentuk dari dua kata ecology dan criticism. Ekologi dimaksudkan sebagai kajian ilmiah mengenai hubungan-hubungan mahluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) terhadap satu dengan yang lain dan terhadap lingkunganya. 

Greg Garrard  menjelaskan ecocriticism meliputi studi tentang hubungan antara manusia dan nonmanusia, sejarah manusia dan budaya yang berkaitan dengan analisis krititis tentang manusia dan lingkunganya. Greg Garrrard menelusuri perkembangan gerakan itu dan mengekplorasi konsep-konsep yang berkaitan tentang ekokritik : a) Pencemaran (polution) b) Perumahan/ tempat tinggal (dwelling) c. Bencana (apocalypse) d. Hutan belantara ( wilderness) e. Binatang (animals) f. Bumi (earth) 

Di dalam ekokritik terdapat beberapa Paradigma salah satu diantaranya paragdigma biosentrisme. Paradigma ekokritik biosentrisme berpendapat bahwa tidak benar apabila hanya manusia yang memiliki nilai, akan tetapi alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri terlepas dari kepentingan manusia. setiap kehidupan dan  mahluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Sehingga semua mahluk pantas mendapatkan pertimbangan dan kepedulian moral. Pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan mempunyai nilai intrinsik dan keberadaanya memiliki relevansi moral.  

Willem Iskandar menuliskan puisi dalam bahasa mandailing  yang berjudul "Di danak Na Mompas Godang" yang artinya "Kepada Remaja"

Dalam puisi Di danak Na Mompas Godang karya Williem Iskandar terdapat beberapa  ungkapan yang menyatakan kata dan frasa yang mengungkapkan alam. Dalam bait-bait diatas menjelaskan  bagaimana alam memiliki  peran yang besar dalam kehidupan manusia itu sendiri  terlihat dalam penggalan kutipan " Ligima pordak parsanggulan Na marjagar naposo, na so mamboto siluluton songon danak na oto" artinya pandanglah tanaman  yang bunganya masih muda, yang tak kenal duka cita bagaikan anak yang bodoh". Jelaskan dikatakan selain alam bermanfaat, alam juga mampu memberikan analogi melalui bunga  sebagai contoh dalam kehidupan  manusia pada umumnya.

Paradigma Ekokritik Biosentrisme 

Biosentrisme  berpendapat bahwa manusia merupakan salah satu entitas di alam semesta. Manusia mempunyai kedudukan yang sama dalam kehidupan di alam semesta ini.  Kehidupan manusia tergantung pada dan terkait erat dengan semua kehidupan di alam semesta  ini. Dalam puisi "Di danak Na Mompas Godang" karya Williem Iskander  terlihat secara jelas penulis sekaligus penyair  yang berasal dari Mandailing, Sumatera Utara ingin menyampaikan di dalam puisinya bahwa kita punya peranan besar untuk menjaga serta merawat alam maupun ekosistem yang ada. Terlihat dalam  beberapa kutipan puisi itu sendiri ;

Pertama, di dalam bait kedua baris pertama "Ligima muda di mataniari na bincar" memiliki arti lihat saat matahari terbit, dalam  konteks ini bahwa matahari terbit semua merasa  bergembira sebaliknya bila panasnya mulai memancar kuda pun meronta lembu melenguh jelas dari pertanyaan ini  bahwa alam sangat penting untuk kehidupan manusia. 

Kedua, di dalam bait ketiga baris pertama "Ligima pordak parsanggulan" memiliki arti  pandanglah taman. Dalam hal ini taman yang merupakan bagian dari paru-paru dunia berupaya memberikan ketenangan  dan kenyamanan bagi setiap orang yang memandang serta yang berkunjung. 

Ketiga, di dalam bait keempat baris pertama "Ligima rudang na bara on" memili arti lihatlah bunga yang merah itu. Konteksnya bunga merah selalu memberikan daya tarik yang bisa dinikmati oleh manusia, apalagi ketika bunga merah itu mekar di pagi hari.

Keempat, di dalam bait kelima baris pertama "Tangionma sora ni angin" memiliki arti dengarlah suara desir angin.  hal ini ekokritik biosentrisme menghubungkan bagaimana manusia harus bisa merasa dan menikmati  dari setiap desir angin yang ada, sehingga manusia itu bisa bersatu langsung dengan alam semesta. 

Paradigma Biosentrisme dalam Puisi "Di danak Na Mompas Godang" Karya Willem Iskandar menggambarkan bahwa adanya hubungan manusia dengan alam semesta saling berkaitan dan saling memiliki nilai arti baik manusia untuk alam semesta maupun alam semesta untuk manusia. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang saling bergantung dan memengaruhi. Sehingga manusia tidak semerta-merta hanya sebagai penguasa alam semesta itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun