Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minyak Goreng

15 Maret 2022   10:42 Diperbarui: 15 Maret 2022   10:57 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggoreng I Foto: OtnasusidE

Sulung yang mendengar percakapan Bude, Bungsu dan Tengah pun berteriak dari kamarnya. Pintu kamarnya tidak tertutup. "Bungsu. Jangan cepat mengambil kesimpulan. Jangan sok jadi SJW. Woi. Bungsu! Ibu lagi kerja di teras".

Sulung berusaha mencegah Bungsu. Terlambat. Dari ruang tengah, Sulung sudah melihat Bungsu sudah berada di depan Ibu. Ibu lagi asik dengan notebook serta HP serba lawasnya.

Ibu yang melihat Bungsu memasang tampang serius pun melirik dari sudut matanya. Seakan tak menggubris wujud Bungsu, ibu terus memantengi notebook. Dua menit berlalu, ibu tetap memasang muka cuek. Menegur Bungsu pun tidak.

Merasa dicuekin, Bungsu mendekat. Ibu langsung mengarahkan satu jari ke bibirnya yang tipis. Bungsu ngeper. Bungsu tetap berdiri di depan ibu. Layaknya waktu kecil dihukum menghadap tembok ketika tidak membereskan mainannya atau tidak tepat waktu mandi pagi atau mandi sore. Keras kepala. Ditunjukkan Bungsu.

Tengah yang melihat dan sepertinya bakal mencium bau omelan Ibu pada Bungsu langsung masuk ke kamar. Keluar membawa kertas catatan dan pena. Tengah menghampiri Bungsu dan memberikan kertas catatan dan pena.

Ibu bergeming. Usai bekerja memakai Teams. Ibu tetap asik dengan pekerjaannya mantengin data di notebook. Sesekali memegang HP melalui pesan WA meminta stafnya menjalankan perintahnya.

Ibu menunggu reaksi Bungsu. Bungsu sepertinya sudah mulai gelisah. Mau menulis pesan di catatan atau tetap berdiri sampai ibu menyelesaikan pekerjaannya. Sebuah pertarungan harga diri.

Sulung dan Tengah yang tahu situasi tetap pada posisi mengawasi dari ruang tengah. Siapa mau kesambar kemarahan Ibu. No. No. No. Lebih baik jaga jarak sesuai Protap.

Lima menit belum ada tanda akan terjadi dialog baik verbal maupun non verbal (melalui catatan). Sepuluh menit. Lima belas menit. Sekitar tiga puluh menit barulah ibu menelpon seseorang di ujung sana, "selesai ya. Selamat bekerja. Kalau ada apa-apa, atau kesulitan tolong kabari secepatnya".

Bungsu mendekati ibu. Memeluk ibu kandungnya.

Wak wak wak. "Dasar Markom. Pandai mengambil hati ibu", kata Sulung. Markom (Marketing komunikasi) julukan yang diberikan oleh keluarga pada Bungsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun