Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahasa Cinta "Gado-gado"

22 Februari 2022   14:01 Diperbarui: 22 Februari 2022   14:15 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nathan Dumlao @unsplash.com

Cinta. Wak wak wak. Sebuah kata yang bisa membuat orang demam, deg-degan, detak jantung cepat, dengkul gemetar. Bahkan mulut bisa terkunci. Bahkan ada yang sampai bunuh diri atau membunuh.

Cinta seorang lelaki pada seorang perempuan bisa begitu banyak cara menyampaikannya. Ada yang menyampaikan dengan terang-terangan. Ada yang menyampaikannya dalam bentuk perhatian.

Begitupun cinta seorang perempuan pada lelaki, bisa begitu banyak cara untuk menyampaikannya. Ada yang dengan terang-terangan. Ada juga yang cuma ngimpi. Betul untuk sebagian budaya masyarakat, seorang perempuan itu pasif tetapi walaupun pasif pada titik tertentu boleh dong agresif daripada tak tahu rasa perasaan diri dan bikin baper sampai mati.

Bahkan ada yang memberi waktu hingga 30 tahun. Betul 30 tahun walau sudah dinikahi-menikahi dan memiliki empat anak. Sang perempuan cuma bilang perjalanan cinta ini masih jauh.

Padahal sang perempuan sering nyeplos keceplosan kalau dia mencintai lakinya yang sudah dikawininya. Cuma ya gitu terkadang kalau ditanya serius, jawabannya juga serius, "belum tiga puluh tahun. Belum teruji".

Bahasa cinta itu sederhana. Jika seandainya, berharap cinta tetapi dibikin rumit ya bablas. Mimpi wae. Cinta tak akan pernah sampai.

Cinta itu sederhana. Sesederhana ketika meneguk air putih di pagi hari dengan rasa syukur.

Seorang lelaki terbirit-birit dari Bandara Talang Betutu terus gas pol ke Pantai Timur Sumatra. Sang pacar berkata, "kalau kau tak datang dalam tiga jam kau akan menyesal seumur hidup". Itulah pembicaraan terakhir ketika akan terbang ke Palembang.

Ojek dari Talang Betutu, 100 ribu perak menembus kebun sawit. Jalan tanah kalau hujan berlumpur, kalau panas berdebu. Menuju desa terujung tepi pantai.

Sesudah sampai di tempat kerja sang pacar, sang cowok makin terperanjat karena suasana ramai. Wadidaw ternyata seluruh pegawai lagi makan bareng. Lauknya ikan laut, ikan teri, kerupuk. Sayuran rebus, bayam, kol, kecambah.  Ada bumbu urap. Full sehat.

Ibu-ibu sambil membawa bayi, balita makan bareng. Ngobrol. Tertawa. Menghilangkan penat, setelah hampir sebulan memilah tangkapan ikan suami-suami yang melaut, membuat ikan asin atau membuat kopra.  Kerasnya hidup.

Hari Pos Yandu adalah me time ibu-ibu Pantai Timur Sumatra bersama anak-anak. Me time seluruh pegawai Puskesmas. Foto terindah dalam kepala. Memori.  

Sang perempuan berambut panjang ikal berombak, memiliki lesung pipit di pipi kirinya tersenyum ketika melihat lelaki berambut gondrong bertas ransel turun dari ojek. Diminta cuci tangan dan cuci muka sambil menyerahkan handuk kecil.

Ruang kerja sang pacar, ada kamar mandi kecil dengan gentong biru tempat tampungan air hujan. Ada satu bungkus gado-gado di atas piring dengan kerupuk udang di gelok. Mengapa bungkusan kertas koran dan daun pisang itu bisa tertebak isinya gado-gado karena bau khas bumbu kacang menyeruak ruangan. Usai cuci tangan dan cuci muka sang lelaki melongokan kepala ruang tengah dan sang pacar sedang menimang seorang balita. Pemandangan yang bikin cemburu.

"Ini sudah diberi makanan tambahan kan!" katanya sambil menyerahkan balita kepada seorang bidan.

"Sudah Dok. Tadi setelah timbang, diberi Vitamin A dan makanan tambahan".

Seorang lelaki masuk ke ruang tengah dan berpamitan untuk ke Palembang. "Terima kasih ya sudah membawa gado-gado Bik R. Ojeknya berapa?".

"Tidak usah Dok. Pagi tadi kebetulan pulang pergi naik Angkot Bukit temen, jadi gratis".

Seluruh Angkot di Palembang itu dulu muternya di bawah Jembatan Ampera. Begitu juga dengan speed boat jalur dan Pantai Timur Sumatra juga berlabuh di kawasan Jembatan Ampera.

Leherku tercekat. Gado-gado Bik R di Jalan Cek Bakar bisa sampai di sini. Naik speed boat jam 9 pagi. Perjalanan gado-gado di atas meja ini sangat panjang. Hal-hal kecil inilah yang terkadang tak terpikirkan olehku tetapi dipikirkan dan dieksekusi oleh perempuan keras kepala (eigenwijs).

Jadi ketika aku take off dari CKG, gado-gado ini juga melesat dari bawah Jembatan Ampera. Sang perempuan pasti sudah memesannya sehari lalu pada serang (pengemudi speedboat). Aku cuma bawa debu dan keringat bau ke Pantai Timur.

Gado-gado kunikmati dengan penuh perasaan. Lambat selambat hatiku menikmati bumbu kacang sayuran dan juga kerupuk udang.
"Kenapa terkejut," kata seorang perempuan mengejutkanku. Suara khas itu sangat kukenal.

"Aku nggak bohong kan. Aku ngomong kalau kau tak datang dalam tiga jam, kau akan menyesal seumur hidup. Gado-gado akan sedikit kurang enak kalau lebih dari tiga jam, walau bumbunya sudah dipisah," katanya sambil melongok ke ruang kerjanya. Perempuan itu tersenyum. 

Kepala si perempuan menghilang dari pandangan, kembali berkumpul dengan kader Posyandu dan perawat serta bidan. Ibu-ibu yang membawa Balitanya senang berkumpul di Puskesmas karena suasananya guyub. Bisa ngobrol apa saja mengenai kesehatan mulai dari penyakit kulit, KB, tumbuh kembang anak, cara membuat makanan tambahan bayi dan balita, mencret sampai Paud dan dokter cilik.

Gado-gado adalah makanan kesukaanku. Ada pilihan makan ayam, rendang, ikan bakar dan lain sebagainya kalau ada gado-gado maka gado-gado pilihan puncak kenikmatan.

Sederhana tetapi pada kasus kasus tertentu gado-gado adalah makanan "mahal". Apalagi kalau sudah untuk urusan rasa. Mahal untuk proses sampai ke sebuah meja di Pantai Timur Sumatra.

Cinta itu sederhana. Hal sederhana itu memang indah.  Nikmatilah dengan lambat. Keindahan cinta terkadang tercipta, terlihat ketika melihat segala sesuatu dengan lambat. Boleh cepat, quick love tetapi boleh juga dong kadang menikmati proses bercinta.

Tulisan ini untuk perempuan yang dengan sabar menunggu 30 tahun untuk menerima cinta seorang lelaki. Cinta itu tak bersyarat. Ikutilah dan tepatilah janjimu. Tidak akan ada yang tahu janji yang keluar dari mulutmu kecuali mereka yang saling berjanji dan Sang Pemberi Hidup.

Salam Kompal

Tetap sehat. Tegakkan Prokes. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun