Woiii kalau beropini mesti jelas. Ngomong mesti pake data pendukung. Bukan asal njeplak wae. Ehhhhh. Stop. Pernyataanmu menggantung. Lah, ini cuma mengantarkan, membuka pikiran mengenai disparitas harga yang menciptakan manusia menjadi makhluk ekonomi.
Jangan malas. Kalau ada kuota cari-cari di dunia maya harga di depot penyalur elpiji. Kalau tidak ada kuota, ini yang belum ada pemecahannya. Boleh juga sih minta kuota sama Pak RT atau Pak Kadus atau Pak Kades.
Sebelum ngambek dengan kenaikan elpiji non subsidi. Mari melongok Sumatra Selatan, sudah ada tujuh kabupaten/kota yang sudah dialiri gas rumah tangga. Kota/kabupaten itu meliputi Palembang, Pali, Musi Banyuasin, Prabumulih, Musi Rawas, Ogan Ilir, dan Muara Enim.Â
Di daerah tersebut pasti belum seluruh kecamatan, kelurahan, RT yang terjangkau oleh jaringan gas pipa kuning ini.
Paling tidak distribusi gas rumah tangga sudah mengurangi pasokan si hijau. Gas rumah tangga juga mengurangi konsumsi si biru untuk kaum menengah atas. Muaranya kualitas hidup menjadi lebih baik. Harganya juga jelas dan tidak jedak jeduk, panik tidak bisa masak.
Minyak tanah berganti, elpiji biru, elpiji melon dan kemudian menjadi gas rumah tangga. Bukankah kualitas hidup menjadi semakin baik, masak menjadi lebih cepat.Â
Waktu masak pakai minyak tanah, bawah panci atau kuali mesti digosok pake abu agar langes yang mengerak bisa terkelupas. Dengan elpiji tidak perlu mengerok bawah panci dan kuali.
Jadi sebelum ngambek cek dulu kota/kabupaten tempat tinggal sudah mengalir gas rumah tangga belum. Andai sudah cepat-cepatlah berpindah. Tentu akan ada biaya pasang dan lain sebagainya tetapi itu akan jauh lebih hemat ke depannya.
Di Dusun tempat si mbah meniti hidup, Jaya Loka Musi Rawas masih di Punggung Bukit Barisan Sumatra, sudah teraliri gas rumah tangga. Untunglah biaya pasang gratis, jadi secepat yang bisa dilakukan mendaftar untuk dipasangi gas rumah tangga.
Biasanya sebulan habis empat melon bahkan kalau ada rombongan keluarga mampir ke dusun bisa habis 7 melon untuk dua minggu pemakaian. Kalau kumpul bablas masak air (ngopi/ngeteh), ngemie, ditambah mbuat panganan tradisional (getuk, keripik ubi, kerupuk ubi, ketan rebus dan goreng, pisang goreng).