Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Upah dan Hak, Gaya Hidup dan Politik

25 November 2021   13:00 Diperbarui: 27 November 2021   19:02 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tidak punya penghasilan. (sumber: SHUTTERSTOCK/INJParin via kompas.com)

Orang teriak kapitalisme dan membenci kapitalisme silahkan. Silahkan berusaha dengan dan atas nama non kapitalisme. Adakah? Jangan-jangan ciri yang dipakai lebih gila lagi dari yang disebut dengan kapitalisme. Filosofi dan modifikasi monggo.

Mbah Jarwo (teman ngopi di dusun) ngakak guling-guling ketika ada poster protes upah murah. Lah, filosofi perlawanan kaum proletar yang notebene adalah Marxis adalah teriak upah murah. Dialektikanya di sana. Hancurkan kapitalisme. Mari membaca lagi filosofi Marx.

Sudahlah. Mari ngopi di pinggiran Lematang di Kota Lahat. Arahkan kopi ke Bukit Serelo di Kecamatan Merapi. Semilir angin menerpa ketika sarapan di Punggung Bukit Barisan Sumatra.

Upah dan gaya hidup memang kejar mengejar. Mereka yang dikejar dengan kredit motor dan kredit hp tentu akan ngap-ngapan setiap bulannya. Belum lagi servis motor dan cas hp dan pulsa quota hp. Woi ngecas hp itu makan token listrik jangan lupa beli token. Lupa dengan skincare. Itu juga penting.

Sudah kebayang kan keinginannya. Keinginan banyak tetapi usahanya sedikit. Keinginan banyak tapi sumber pendapatan cuma satu dari pabrik, pengusaha yang dijuluki kapitalis. Sudah kebayangkan pengeluaran dari gaya hidup.

Gaya hidup pekerja itu terkadang lebih bourgeois daripada bosnya sendiri. Satire-satire mengenai gaya hidup pekerja ini banyak di Medsos. Bos masih pake hp murah dan retak kaca sedangkan anak buah pake hp teranyar. Cirinya lihat jumlah kamera belakang.

Anak buah dan bos masing-masing punya cicilan. Cicilan anak buah tidak produktif. Cicilan bos produktif untuk modal kerja.

Para pekerja harus melek politik. Kalau para pekerja tidak melek politik. Waduh, bisa terombang ambing seperti kapal motor, mati mesin di lautan. Mari berpikir jernih. Mari bergerak menambah modal.

Politik itu sederhana, menurut Laswell adalah "siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana". Mari demo soal upah, pakai teori Laswell. Silahkan bahas. Lihatlah segala kemungkinan variabelnya. Maka akan terkejut dengan hasilnya.

"Mikir," kata Cak Lontong. Hasilnya ada yang nambah 37 ribu dan bahkan ada yang 1 rupiah. Dinikmati saja. Bersyukur masih bisa kerja dan diupah. Apa mau mencoba mengupah orang? 

Salam Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun