Jam sembilan malam ternyata pertemuannya. Berbicara di restoran. Dan seperti biasa lelaki celana pendek berada di meja lain yang siap sedia kalau tangan KKP mememanggil. Seperti lelaki panggilan yang dipanggil dengan lighter.
Olahraga malam memang menghanyutkan seperti sungai di depan yang konon kabarnya sampai ke Sungai Musi kalau diikuti alirannya. Tak terputus oleh dengus malam yang memakai pakaian formal di dalam, eh memilih dalaman olahraga atas bawah.
Besoknya ke CKG dengan pesawat pertama. Dalam perjalanan subuh, KKP menggoda, "mengapa tak membunyikan atasan semalam". Sambil berbisik kubalas, "di pulau kamu sudah bertukar bra di kantor. Jadi aku kraaak saja. Ketika kraaak malah makin berkejar-kejaran. Setelah gelut. Kamu tak menuntut itu bra mahal. Semalam aku nggak berani karena aku tahu tag price  seminggu lalu. Muaahaal".
KKP tak bersuara hanya tangannya mencubit pinggangku. Wajahnya memerah.
***
Humor itu bisa di mana saja. Pikiran liar bisa terjadi di mana saja. Ada orang bilang Piktor atau pikiran kotor. Boleh dan memang ada adanya. Siapa yang tahu kalau dua orang, lelaki dan perempuan paruh baya ngomong kotor di pesawat. Proteksilah. Berliar-liaranlah, berkotor-kotorlah dengan pasanganmu yang tercatat secara resmi.
***
Salam Kompal Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H