Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Demokrasi: Covid-19 Hanya Untukmu Bukan Untukku

14 Mei 2021   12:44 Diperbarui: 14 Mei 2021   12:50 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang ragu soal angka sebenarnya wajar karena sudah pasti tidak semua jujur kalau diri terkena Covid 19 padahal ciri dan gejala kesehatannya yang terganggu sesuai dengan Covid 19. Akibatnya seperti bola salju tak terbendung menggelinding semakin besar. Walau bagaimanapun data yang dikeluarkan ataupun data yang diikuti adalah data yang dikeluarkan oleh lembaga resmi kecuali kalau ada lembaga lain non partisan yang memang mengumpulkan data dengan bukti yang jelas.

Data Satgas Covid 19 saat ini yang dipakai. Dan, pertanggal 13 Mei (24 jam terakhir) ada penambahan kasus 3.448 positif Covid 19. Total jumlah penderita 1.731.652 (3).

Bagi yang mengerti, memahami dan waspada terhadap bahaya penularan Covid 19 dan penderitaannya di ruang perawatan isolasi, angka-angka itu memiliki makna untuk jujur pada diri sendiri dan menjaga agar tidak tertular dan menulari. Inilah demokrasi yang sesungguhnya. Covidmu bukan untuk orang terkasih apalagi untuk orang lain. Covidmu untuk dirimu sendiri bukan untukku.

Jebolnya sekat pemudik dan penggunaan jalan tikus untuk mudik. Berseliweran di media sosial. Ada konsekuensi kemungkinan ledakan Covid 19 bukan ledakan petasan yang juga sama-sama ada korban jiwa. Sama-sama bisa merengut nyawa. Covid 19 selain merengut nyawa juga bisa menulari orang terdekat atau yang mendekat atau yang didekati. Petasan hanya merengut nyawa pelaku penyulutnya atau yang sama-sama ingin main petasan.

Lebih baik jebol daripada chaos jalanan. Lebih baik memberi penjelasan dan mensosialisasi bahaya Covid 19 daripada tidak sama sekali. Apapun sudah kejadian. Bahasanya, sudah tidak bisa mundur lagi.

Inilah demokrasi. Ini bukan tangan besi. Bagi provokator mudik dan social justice warrior, yang sering membuat pertanyaan membandingkan "TKA boleh masuk? Mudik tidak boleh" dibuat asik sik asik saja ketika seandainya kasus positif Covid 19 melonjak tinggi di daerah-daerah. 

TKA boleh masuk sudah mengikuti prosedur kesehatan. Dikarantina membawa hasil negatif tes PCR tiga hari sebelumnya, kemudian dilakukan tes PCR lagi di Indonesia lebih jelasnya lihat link ini.

Bagi pemudik yang lolos sebenarnya lebih baik lapor ke pemerintahan tempat tinggal, lakukan karantina mandiri, di beberapa daerah bahkan menyediakan tempat karantina sebelum bisa kumpul dengan keluarga dan sanak saudara.

Peran aktif keluarga pemudik sebenarnya juga memiliki peran yang besar untuk mengantisipasi penularan Covid 19. Lebih baik disiplin sedikit tega daripada tertular menulari keluarga lainnya. Kejadian di Banyumas ini bisa menjadi inspirasi ketika istri melaporkan ke perangkat desa kalau suaminya baru pulang mudik dan dikarantina.
Sebelum mengakhiri tulisan ini. Lebih baik menikmati kudapan malam. Di alam demokrasi itu bebas memilih. Hak orang lain untuk sehat dan tidak tertular. Hak orang lain juga untuk menikmati Covid 19. Kalau sudah menulari orang lain itu namanya sudah bukan demokrasi karena menghilangkan hak orang lain untuk sehat. Itu namanya ngajak kelebu, karam bersama. Ini baru namanya menzalimi orang lain.

Ups, pagi lebaran kedua mendapat kabar dari Salatiga (5), kalau rumah sakit untuk ruang isolasi sudah penuh. Sarapan pagi menjadi agak kurang bisa dinikmati. Kepala Dinas Kesehatan Salatiga, Siti Zuraida mengabarkan kalau ruang isolasi Covid 19 sudah penuh, padahal kasus Covid 19 juga meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Walikota Salatiga, Yuliyanto juga mengungkapkan kalau mereka harus sudah bersiap dengan bertambahnya kasus untuk dua minggu setelah lebaran. 

Mohon Maaf Lahir Batin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun