Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Mengganti Garda Terdepan Melawan Covid 19

30 Maret 2020   05:38 Diperbarui: 30 Maret 2020   05:38 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompasianer palembang

Para dokter, perawat, penunjang medis, petugas administrasi, pegawai kebersihanan, satpam dan pihak manajemen rumah sakit disampaikan terima kasih karena selama kurang lebih sebulanan ini berjibaku untuk menyelamatkan para pasien pasien positif Covid 19. Mereka adalah garda terdepan dalam penanganan ini. Bahkan diantara mereka ada juga, yang berbalik menjadi orang yang harus dirawat dan diselamatkan.

Cerita-cerita mengenai mereka pun ramai di media sosial. Bahkan ada yang mengancam untuk tidak melayani kalau kebutuhan standar pelayanan mereka tidak dipenuhi. Dan kemudian dibantah sendiri oleh organisasi mereka.

Namanya serangan, jelas tidak ada yang siap walau sudah disiapkan dengan sebaik mungkin. Kalau ada yang menilai para pengambil kebijakan dianggap tidak siap bahkan begitu banyak meme yang mengkritik mereka sebenarnya adalah tindakan untuk tidak membuat panik masyarakat. Jelas mereka bersiap. Inilah tarik menarik kebijakan.

Mari belajar dari serangan Jepang ke Pearl Harbour 7 Desember 1941 dan Serangan Umum 1 Maret 1949 oleh para perjuang republik ini ke Pasukan Belanda di Yogyakarta. Mari belajar dari lockdown di India mulai dari 24 Maret 2020 hingga 21 hari ke depan karena serangan sporadis Covid 19.

Dua serangan yang tarik menarik dengan perang dunia kedua itu terencana matang, lah kalau lockdown di India juga terencana tetapi efeknya yang tidak diharapkan. Kekacauan terjadi karena penutupan pusat-pusat industri dan juga pembatasan transportasi serta penutupan beberapa negara bagian (1).

Setiap kebijakan itu pasti menimbulkan efek. Kalau beli obat, sebelum minum biasanya diminta untuk membaca efek sampingnya. Di Jakarta sendiri untuk mencegah Covid 19 pernah diambil kebijakan membatasi transportasi umum mulai dari kereta sampai bus Transjakarta. Akibatnya mudah ditebak antrian mengular. Alih-alih menjaga jarak agar tidak menularkan antar warga, jadinya malah berdesakan berjarak tipis sekali. Gubernur DKI Jakarta menyebutnya sebagai efek kejut agar warga waspada pada Covid 19.

Awal-awal Covid 19 masuk Indonesia, orang saja sudah panik. Bahkan ada yang main borong bahan makanan. Sekarang setelah sebulanan orang sekarang sudah mulai agak tenang, hanya yang habis adalah pemutih baju, pembersih lantai, alkohol plus masker. Masih agak langka adalah alat perlindungan mulai dari masker N95, baju hingga mask shield.

Kondisi ini jelaslah membuat para pengambil kebijakan publik tersudut dan disudutkan. Sekali lagi, dikritik tidak siap. Malah ada gerakan menekan untuk lockdown. Dianggap lamban.

Gerakan menjaga jarak satu sama lain agar tidak menularkan Covid 19 saja masih banyak dilanggar. Padahal televisi siarannya hampir mengenai Covid 19 melulu. Begitupun dengan WA grup berseliweran hampir tanpa jeda.

Pertempuran sudah jelas. Daya imun tubuh manusia bertarung melawan Covid 19. Kalau ada pertempuran sisa Pileg dan Pilpres wajar. Kalau ada pertempuran para pimpinan partai politik yang beroposisi dengan pemerintah juga wajar. Ini negara demokrasi. Kalau tidak bersuara asal beda ataupun menguliti pemerintah, bukan demokrasi namanya.

Lah kalau hoax soal Covid 19, nah ini hukum yang bicara. Kalau kebencian yang keluar, ya hukum juga yang menetapkannya. Jadi ya kalem saja.

Dalam pertempuran antara dokter dan pasien dalam proses penyelamatan nyawa pasien, tentu ada keterbatasannya. Seperti Pearl Harbour yang babak belur karena serangan bergelombang dan Kamikaze. Amerika pun baru bangkit setelah tersadar betapa dahsyatnya Jepang.

Serangan 1 Maret pun membuat Belanda terperangah. Republik Indonesia masih ada. Tentaranya masih terus bergerilya, bangkit menunjukkan pada dunia, Indonesia tak akan takluk pada Belanda.

Sekaranglah saatnya masyarakat bangkit. Bangkit untuk menjaga diri sendiri dan orang-orang yang dicintai.

Gerakan di FB yang meminta untuk mengisi aura positif dalam media pertemanan ini mendapat respon yang besar. Mengunggah foto lagi liburan tanpa keterangan apapun mulai berseliweran. Hal yang sama juga di twitter dan media sosial lainnya.

Masyarakat pun bergerak mandiri dalam pencegahan Covid 19. Gerakan kebangkitan ini terus bergelombang dan membesar. Ini perlawanan masyarakat terhadap Covid 19. Ada yang menutup kampungnya. Ada yang membuat bilik densifektan sendiri. Ada yang sosialisasi dari dusun ke dusun dengan pengeras suara.

Selebriti TV, Youtuber, influencer juga bergerak membagi kebaikan. Demikian pula dengan gerakan pengumpulan dana masyarakat baik di dunia maya maupun nyata juga semakin membesar.

Ada juga yayasan-yayasan yang bergerak. Mereka bergerak nyata  membagikan masker, membagikan bahan pokok, membagikan baju APD dan lain sebagainya.

Sulitnya mencari APD kini mulai dicarikan solusinya, penjahit kebaya Anne Avantie menghentikan produksi dan menjahit APD yang diberikan secara gratis. Dan banyak juga penjahit lain yang bergerak bersama sesuai dengan kemampuannya.

Ganjar dengan gayanya memberikan aura positif dengan menunjukkan BLK pun bisa buat APD. Ganjar juga membagikan video mewawancarai pasien positif Covid 19 yang sembuh. Video ini membangkitkan semangat karena mereka yang sembuh memberikan pesan untuk tidak memberikan stigma negatif pada pasien positif Covid 19.

Seorang perempuan ketika penulis sedang berada di Perbukitan Sumatra mengirimkan foto para dokter dan perawat memasuki Wisma Atlet Kemayoran dengan senyum dan bangga melayani negeri. Berada di garda terdepan bertempur melawan virus menyelamatkan pasien.

Fight Back Covid 19. Di bawahnya ada foto bekas galon cat yang dimodifikasi anaknya untuk cuci tangan. Ada sabun batangan dan sabun cair serta foto cara cuci tangan yang benar. Galon itu diletakkan di depan rumah.

Dalam sebuah pertempuran, pasti ada korban. Turut berduka sedalam-dalamnya. Pertahanan tidak akan sempurna. Pasti ada celahnya. Jangan dikira para prajurit itu tidak menangis ketika ada korban. Mereka menangis dalam hati. Tangisan itu mengoyak jiwa.

Bahkan ada seorang perempuan (bukan untuk kasus Covid 19) tegar ketika memberikan penjelasan pada keluarga pasien, ketika dijemput menangis sesunggukan dalam perjalanan pulang. Perempuan itu menangis dibahu. Dalam doanya jelang subuh, memohon maaf pada Sang Pemberi Kehidupan karena tak bisa menyelamatkan pasiennya. Mendoakan agar orang yang ditinggalkan dan dicintainya dapat tabah dan menjalani hidup lebih baik lagi.

Jadi jangan dikira para prajurit yang bertempur itu tidak punya hati. Mereka sudah bersumpah. Menghadapi kematian itu berat, apalagi kalau itu pasien Covid 19.

Fight Back Covid 19 sekarang adalah dengan menempatkan masyarakat di garda terdepan dalam pertempuran. Bukan lagi menempatkan dokter dan perawat serta penunjang medis dan stake holder rumah sakit sebagai garda terdepan bertempur melawan Covid 19.

Seperti dalam pertempuran, kalau semuanya diserahkan pada RS Rujukan Khusus Covid 19 untuk melawannya maka RS akan ambruk. Bisa bertahan 24 jam saja syukur kalau dibom bardir dengan pasien dalam pengawasan (PDP) dan juga orang dalam pengawasan (ODP) karena kepanikan. Belum lagi dengan pasien positif Covid 19.

Jadi pertempuran dimulai dari masyarakat dulu sebagai pertahanan terdepan alias garda terdepan melawan Covid 19. Caranya dengan mengikuti protokol pencegahan dan juga protokol kalau pernah bertemu, berpapasan, berhadapan langsung dengan orang positif Covid 19. Carilah protokol yang dikeluarkan oleh lembaga resmi Pemerintah.

Mengkarantina diri sendiri dulu selama 14 hari dan kemudian menghubungi layanan kesehatan khusus Covid 19. Jaga kesehatan dan makanan makanan yang sehat bergizi jangan lupa asupan suplemen tambahan. Sistem imun tubuh yang baik akan mengalahkan Covid 19.

Tidak keluar rumah merupakan satu cara yang efektif untuk memutus mata rantai penyebaran. Dengan mencegah orang-orang yang kita cintai dan kasihi keluar rumah maka kemungkinan orang yang kita cintai dan kasihi tertular Covid 19 menjadi sangat kecil dibandingkan kalau keluyuran di luar rumah.

Boleh keluar rumah untuk hal-hal yang penting dan mendesak. Pulangnya harus mengikuti protokol yang juga sudah dikeluarkan oleh lembaga resmi pemerintah.

Dengan menjadi garda terdepan pertempuran ini maka masyarakat sudah menjaga orang-orang yang dicintainya tidak tertular Covid 19. Dengan menjadi garda terdepan maka warga yang mesti dibawa ke RS Rujukan Khusus Covid 19 dipastikan akan berkurang karena sudah menjaga diri terlebih dulu dari Covid 19.

Mereka yang dibawa ke RS adalah yang benar-benar sakit. Jangan panik. Ini mengurangi beban RS Rujukan Khusus Covid dan dokter perawat penunjang medis dan sebagainya akan lebih fokus dalam menangani pasien positif Covid 19.

RS Khusus Covid 19 adalah benteng terakhir untuk penyelamatan. Jangan sampai benteng-benteng ini  hancur.

Ayo bergerak menjadi garda terdepan berperang melawan Covid 19. Figth Back Covid 19. Saatnya membalik, bukan lagi dokter dan perawat yang menjadi garda terdepan berperang menyembuhkan pasien positif Covid 19 tetapi kita ganti menjadi saatnya masyarakat menjadi garda terdepan melawan Covid 19. Indonesia Kuat.

Tulisan ini terinspirasi dari orang-orang yang bergerak tidak saja di dunia maya tetapi juga di dunia nyata. Bergerak demi kemanusian melewati pilihan politik atau partai politik dan tidak menyembunyikan syahwat politik. Kalau panjat sosial, nggak apa-apa asal elegan. Khusus untuk para perempuan-perempuan tangguh yang sekarang ditulis menjadi benteng terakhir pertempuran melawan Covid 19, terima kasih. Michelle Au, MD terima kasih.

Video pesan Michell Au, MD mengenai masyarakat adalah garda terdepan dalam menangani Pandemi Covid 19 ada di sini.

Salam Kompal

kompasianer palembang
kompasianer palembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun