Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Orang Tua Somplak di Pandemi Covid 19

25 Maret 2020   18:18 Diperbarui: 25 Maret 2020   18:30 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bapak selalu berdoa setiap malam dan bangun pagi agar anak-anaknya bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Itu doa yang selalu bapak lantunkan. Selain mantra dut keredut yang dia ucapkan ketika kami kehilangan barang. Padahal mantra itu untuk menghibur kami, jangan putus asa mencari dan mengingat,” balas Sulung sambil memainkan jemari kakinya ke lantai.

“Nah, itu tahu. Dah, minta tolong Bude untuk belikan di mini market!”

“Jangan. Bude umurnya sudah lebih dari 40 tahun. Covid 19 cepat menyerang mereka yang berumur lebih dari 40 tahun. Aku masih muda dan kesehatan aku bagus. Virus menyerang mereka yang punya penyakit bawaan sebelumnya seperti asma, darah tinggi, jantung dan juga diabetes,” pinta Sulung.

“Sungguh kau ingin menjadi generasi ketiga?”

“Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkannya,” kata sulung sambil membungkukkan badan.

“Berangkatlah. Setelah pulang apa yang harus kau lakukan?”

“Ke kamar mandi. Masukkan pakaian ke tempat cucian langsung rendam pakai deterjen. Mandi” teriak lelaki yang dipastikan akan mengikuti kesomplakan bapaknya.

Adik-adiknya langsung bertepuk tangan ketika sulung menunjukkan jempol ketika membuka pagar. Budenya yang ingin mencegah sulung, tak jadi karena adik-adiknya bilang, “sudah diizinkan emak.”

Tak sampai lima belas menit, lelaki yang suka kaos oblong putih itu pulang, langsung ke kamar mandi belakang sambil membawa kran air, delapan sabun batangan dan sabun cair cuci tangan. Semua barang dicuci dengan sabun. Pakaian langsung diletakkan di tempat kotor, setelah mandi langsung direndam dengan deterjen dan dimasukkan ke mesin cuci.

Projek itupun diselesaikan. Tengah pun mengeprint petunjuk “Cara Cuci Tangan yang Benar” yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Bekas tempat cat itu lalu diisi air. Papan beroda yang sering dipakai untuk beli galon air dan tabung gas ke warung pun dikeluarkan untuk mengangkut tempat bekas cat dari samping rumah ke depan pagar. Berat bekas tempat cat itu sekitar 25 kilogram. Bude membantu mengangkat meja di dapur yang jarang digunakan untuk tempat bekas cat yang sekarang diisi air.

Bungsu pun membuat tulisan “Silahkan Cuci Tangan yang Benar.” “Ayo Cegah Covid 19 dengan Jaga Kebersihan Tangan.” Tiga kertas itu lalu ditempelkan di pintu pagar. Ada catatan dibawah, “kalau habis boleh teriak, air cuci tangan habis atau pencet bel biar air diisi lagi.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun