Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menunggu Kebijakan Revolusioner Nadiem

25 November 2019   18:38 Diperbarui: 25 November 2019   18:59 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang guru itu bukan pekerjaan. Menjadi seorang guru itu adalah mengorbankan diri untuk menjadikan anak orang lain yang sudah dianggap sebagai anak sendiri untuk berhasil berkembang mencapai cita-citanya.

Setelah itu dilupakan, memang sudah nasib guru. Memang waktu ngajar disosialisasikan kamu kalau sudah besar atau menjadi orang hebat kamu harus ingat dan balas jasa gurumu. Tidak kan! Kalau ada mantan murid yang masih ingat dengan gurunya itu bonus. Kalau tidak, ikhlaskanlah.

Berhentilah membombardir narasi kesejahteraan guru kurang. Silahkan datang ke daerah perairan di Banyuasin dan atau ke OKI. Atau tak usah jauh-jauh. Datanglah ke kantor UPTD Dikbudcam atau ke sekolah-sekolah di perkotaan/kabupaten. Para guru, penilik sekolah dan pengawas sekolah itu pakai mobil dan motor yang harganya lumayan. Boleh juga ke kantor Diknas provinsi/kabupaten.

Kebijakan untuk kesejahteraan guru itu harus parsial. Mereka yang kurang sejahtera adalah guru honor yang banyak mengajar di daerah-daerah terpencil. Kalau mereka yang sudah diangkat jadi ASN dipastikan sejahtera apalagi kalau mereka sudah tersertifikasi.  Lah,  surat sudah  sekolah  di bank saja mereka masih bisa makan.

Kenapa guru banyak di kota sedikit di desa apalagi di daerah terpencil. Jawab kenapa? Walaupun sudah ada perjanjian, para guru itu bisa pindah ke kota. Dengan alasan permintaan pejabat  anu, masih keponakan  inu, pokoknya lobi penguasa jadinya guru banyak di kota, sedikit di daerah jauh.

Silahkan lihat datanya. Guru TK, SD, SMP itu wewenang kabupaten kota dan guru SMU sederajat itu wewenang provinsi.

Lalu bagaimana dengan organisasi profesi guru? Apakah dalam pengambilan kebijakan mereka diikutsertakan? Padahal mereka punya aset yang besar.

Angkatlah guru dari daerah sekitar tempat wilayah mereka. Kalaupun harus sekolah lagi untuk menambah ilmu, mereka harus balik lagi. Cintailah dan bangunlah desa.  Itu narasi klasik. Semoga tidak. Ada kekuasaan yang tegas dan tak goyah oleh lobi, itulah penjaganya.

Pak Jokowi itu gila. Orang gila kerja. Berani angkat Pak Nadiem jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Banyak orang ragu loh.  Tapi itu bukan aku.

Aku juga yakin  kok  Pak Nadiem tidak sendiri di pusaran pengambilan keputusan. Ada staf khusus presiden, Belva Syah Devara itu  loh  CEO Ruang Guru, masih muda dan pikirannya kreatif untuk memajukan pendidikan.

Hari ini Hari Guru. Selamat Hari Guru untuk guru-guruku baik guru formal maupun informal. Bahkan anakku pun sekarang ini menjadi guruku karena ingat loh, belajar itu bisa kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun